Hubungan Perekonomian Indonesia Dengan Perekonomian Amerika
Serikat AS
1. Pendahuluan
Satu
dampak tragedi (WTC) adalah terpukulnya perekonomian negeri adidaya itu, yang
berimbas pada perekonomian dunia yang sedang mengalami lesu darah. Sistem ekonomi kufur
kapitalisme sangat rentan krisis dan langganan krisis karena pondasinya lemah,
yaitu bursa saham, mata uang kertas, dan riba (bunga/ interest). Tragedi WTC mengakibatkan krisis gara-gara sistem judi
bursa saham yang membuat aset-aset nilainya bergantung penuh pada selera hawa
nafsu para pemain judi (pemain saham, surat utang (obligasi), dan berbagai
turunannya yang hina).
Dampak-dampak
ekonomi Tragedi WTC itu segera terasa, yaitu turunnya nilai saham di
Wall Street, New York. Dengan turunnya nilai saham maka pengurangan jumlah
tabungan, dan akhirnya daya beli konsumsi domestik AS akan merosot pula. Imbas
lainnya adalah turunnya investasi dan ekspor. Dikhawatirkan, pasca
tragedi WTC arus investasi langsung dunia (FDI) ini akan menurun tajam. AS,
menurut laporan Linkages United Nation Conference on Trade and Development
(UNCTAD) merupakan negara penerima FDI terbesar dengan angka US$ 281
miliar, sementara arus keluar tercatat US$ 139 miliar atau turun 2 persen.
Tragisnya,
bila ekonomi AS jatuh, dunia akan terseret bersamanya. Tragedi WTC dikhawatirkan menyebabkan penurunan
perdagangan dunia. Lebih kurang 40 % dari perdagangan dunia terkait
langsung dengan AS yang bukan hanya menjadi pasar dari produk dunia tetapi
menjadi produsen di mana produknya dijual ke seluruh dunia. Jadi AS adalah
produsen sekaligus pasar raksasa. Produk AS, misalnya, menyumbang sekitar 25 % output
dunia. Sebaliknya, sekitar 30 % ekspor Cina dan Jepang mengalir ke negeri Paman
Sam itu. Dengan penurunan kemampuan perkonomian AS yang begitu besar itu, maka
jelas akan mengakibatkan penurunan perdagangan global. Juga, perekonomian global
dunia saat ini menggunakan sistem kufur kapitalisme dengan riba, mata uang
murahan kertas, dan keharaman pasar saham sehingga perekonomian global mudah
runtuh dan meruntuhkan.
Selain
itu, negara-negara seperti Jepang dan Cina, bakal kehilangan pasar
secara signifikan bila tingkat konsumsi AS menurun tajam. Demikian juga
Indonesia. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), sampai saat ini AS masih
merupakan pasar terbesar untuk ekspor non-migas Indonesia, dengan pangsa 17,15%
selama semester I tahun 2001.
Menurut
pengamat ekonomi INDEF, Dradjat Wibowo seperti dilaporkan detik.com, Selasa
(18/9), ada tiga pola yang mengkaitkan jatuhnya Wall Street dengan kondisi
perekonomian di Indonesia, yaitu jalur konsumsi domestik warga AS, jalur
depresiasi mata uang dolar AS, dan jalur kontraksi investasi (www.detik.com).
Secara lebih jelas, ketiga pola efek tragedi WTC itu adalah:
Pertama, jalur
konsumsi domestik. Sekitar 70% para kapitalis AS menimbun
uangnya dalam bentuk saham. Dengan ambruknya nilai saham maka terjadi
pengurangan jumlah timbunan uang secara signifikan,
dan akhirnya daya beli konsumsi domestik AS akan merosot drastis.
Restoran
Le Bernardin di New York misalnya -yang menyediakan makanan seafood
gaya Perancis yang mahal itu- tidak lagi menjual anggur haram Bordeaux
yang harganya ribuan dolar per botol, yang selama ini merupakan bagian paling
mahal dari ongkos makan malam di tempat itu. Restoran Beacon (daging babi) -yang
tidak jauh dari Le Bernardin- tidak lagi menyediakan makan malam bergengsi dan
mahal yang disiapkan dan dimasak di atas tungku kayu terbuka, seperti bebek
panggang dan babi panggang.
Kalau
dulu tiap restoran ditagih tiap pekan, sekarang tagihan baru disampaikan
setelah satu bulan. Restoran yang biasanya membayar bulanan, sekarang diberi
waktu sampai 80 hari untuk membayar utang mereka.
Survei
lain yang diadakan oleh Perkumpulan Restoran Nasional AS menunjukkan jumlah
pelanggan yang membawa pulang sisa makanan yang tidak habis dimakan di restoran
naik dibanding dua tahun yang lalu (satunet.com)
Kedua, jalur
depresiasi mata uang dolar. Dalam kondisi saat ini mata uang dollar akan
semakin melemah terhadap beberapa mata uang kuat. Kecenderungan tersebut akan
berdampak pada semakin mahalnya barang impor dari luar AS di pasaran AS.
Sehingga mau tidak mau kemampuan impor AS terhadap produk-produk dari
luar negeri, semisal dari Indonesia, akan semakin berkurang pula.
Sri
Adiningsih ekonom UGM, menunjukkan pengaruh tragedi WTC terhadap ekspor
Indonesia (baca: impor AS dari Indonesia) yang ikut-ikutan terseret. Jika pada
tahun 2000 ekspor Indonesia sekitar 600-700 juta dolar AS, maka untuk tahun
2001 ini sampai dengan Mei, baru 107 juta dolar AS (www.indonesiamu.com).
Ketiga, jalur
kontraksi investasi. Kini tengah terjadi gejala kontraksi di dalam
investasi (bursa
judi pasar finansial: pasar modal, pasar uang, dan pasar judi berbasis
komoditas). Diperkirakan dalam waktu dekat ini
investor (pemburu
riba) akan lari ke aset-aset yang lebih aman semisal obligasi
pemerintah AS dan Inggris. Maka, secara tidak langsung jumlah dana yang
sedianya akan diinvestasikan ke negara-negara berkembang seperti Indonesia akan
mengalami penurunan atau setidaknya penjadwalan ulang.
Sri
Adiningsih memaparkan bahwa selama ini AS tergolong investor besar di
Indonesia. Dengan adanya tragedi WTC diperkirakan investor asal negara AS belum
berani untuk berinvestasi ke negara lain, termasuk Indonesia (www.indonesiamu.com).
Inilah sekilas dampak-dampak
tragedi WTC untuk perekonomian global dan perekonomian Indonesia. Hal ini tentu
merangsang kita untuk berpikir mengajukan solusi-solusi untuk mengatasinya.
Secara garis besar
solusi-solusi untuk mengatasi dampak-dampak tersebut dapat dikategorikan
menjadi 3 (tiga): Pertama, solusi teknis ekonomis, Kedua, solusi
politis, Ketiga, solusi ideologis sistemik.
Solusi teknis ekonomis merupakan solusi kufur
praktis-pragmatis dari tinjauan ekonomi terhadap dampak-dampak yang terjadi.
Solusi ini secara umum dilakukan oleh para ekonom baik dari kalangan pemerintah
maupun non-pemerintah. Misalnya, guna mendorong perekonomian AS yang lesu
seperti kegiatan investasi, Bank Sentral AS akan memutuskan untuk menurunkan
lagi tingkat suku bunga (riba) guna mendorong perekonomian yang lamban itu.
Contoh lain, guna mengatasi berkurangnya minat investor AS untuk berinvestasi
ke negara lain, termasuk Indonesia, diupayakanlah memberikan jaminan keamanan
kepada investor sehingga mereka akan merasa aman berinvestasi di Indonesia.
Solusi politis adalah solusi melalui jalur
politis untuk mengatasi dampak-dampak ekonomi pasca tragedi WTC. Solusi inilah
yang diambil pemerintah AS yang melakukan invasi militer untuk menghancurkan
apa yang mereka tuduh sebagai kambing hitam tragedi WTC, yaitu terorisme.
Ketika ditanya apa yang harus dilakukan menghadapi tragedi WTC, mantan Menlu AS
Kissinger lebih menunjukkan pada prinsip menerapkan pola seperti apa yang AS
lakukan setelah menghadapi serangan Jepang di Pearl Harbor. "Ini merupakan
serangan terhadap wilayah Amerika Serikat dan karenanya mempengaruhi kehidupan
masyarakat. Hal ini harus dihadapi dengan cara tertentu yaitu menghancurkan
sistem yang memproduksinya," demikian tulis Kissinger. Yang dimaksudkan
“menghancurkan sistem yang memproduksinya”, adalah menghancurkan terorisme
melalui cara militer (indonesiamu.com). Itulah omongan mulut yang tidak takut
dosa. Padahal sesungguhnya: teroris AS akan menyerang secara militer
negeri-negeri Muslim yang mereka fitnah sebagai dalang tragedi 9/11 sementara
mereka sendirilah dalang pesawat dan pelaku peledakan struktur menara kembar
WTC termasuk gedung WTC 7 yang tidak ditabrak pesawat sama sekali dan AS-lah
teroris imperialis suka menjajah. Para penguasa dan kapitalis Amerika Serikat
adalah kafir yang suka membohongi dunia dengan berbagai media massa yang mereka
kuasai.
Solusi ideologis sistemik adalah solusi yang lebih
ditujukan kepada penggantian sistem ekonomi kufur kapitalisme secara total.
Dalam perspektif ini, dampak-dampak tragedi WTC hanyalah riak-riak kecil (little
symptons) yang sebenarnya bermuara pada satu sebab hakiki (real problem)
yang lebih fundamental dan radikal, yaitu penerapan kapitalisme. Solusi ini
biasanya diambil oleh manusia-manusia yang berani berpikiran kritis dan
revolusioner, serta mempunyai hasrat untuk mengganti sistem kapitalisme secara
radikal dengan sistem yang lebih rasional dan mensejahterakan.
Solusi ideologis sistemik
ini sesungguhnya merupakan solusi sejati dan hakiki-tidak ada solusi hakiki
lainnya- terhadap dominasi sesat kapitalisme yang ada, beserta dampak-dampak
negatifnya kepada umat manusia di seluruh dunia. Solusi ini merubah ideologi
dan sistem serta mengubah peraturan praktis yang lengkap. Solusi ini memang
mengharuskan adanya kesadaran lebih dahulu, kemudian tindakan-tindakan praktis
untuk secara langsung melakukan pembongkaran (dekonstruksi) sistem ekonomi
kapitalisme yang buruk itu.
Solusi ideologis sistemik inilah yang kami tawarkan.
Solusi ini akan menerangkan 2 (dua) hal:
Pertama, kritik terhadap
sistem ekonomi kapitalisme
Kedua, deskripsi sistem
ekonomi alternatif wajib yang adil dan manusiawi
Hubungan Perekonomian
Indonesia Dengan Perekonomian Amerika Serikat AS
{{BERSAMBUNG KE ARTIKEL LANJUTAN}}
Tidak ada komentar:
Posting Komentar