Syarat Menjadi
Warga Negara – Konsep Kewarganegaraan Negara
KEWARGANEGARAAN NEGARA ISLAM:
Kewarganegaraan negara Islam diasaskan di atas dua asas;
pertama kepercayaan agama dan kedua ialah ikatan perjanjian kemasyarakatan lokasi
di mana seseorang itu berada. Kewarganegaraan bagi Muslim ialah karena kepercayaan
agama dan bagi non-Muslim kewarganegaraannya melalui ikatan perjanjian
kemasyarakatan yang dipanggil “Aqd al-Dhimmah”. Dengan perjanjian ini mereka
menjadi rakyat negara Islam separti Muslim yang mendapat hak dan menanggung
tanggungjawab.
Adapun golongan bukan Islam yang datang ke negara Islam untuk
mendapat perlindungan maka mereka diletakkan di bawah perjanjian khas yang
dipanggil “Adq al-Musta’min”. Dengan perjanjian ini mereka diberi perlindungan
dan mereka hidup mengikut ajaran agamanya(41).
Golongan bukan Islam yang mendapat taraf Kewarganegaraan
boleh mengadukan kedzaliman oleh pemerintah maupun warga, bebas beragama, boleh
melakukan ibadat di lingkungan mereka dan menghayati agamanya.
Pemerintahan Islam berkewajiban melindungi mereka di segi
nyawa dan harta dari kedzaliman. Kalau mereka dizalimi, hukuman qisas dikenakan
ke atas pembunuh, dibayar ganti rugi kepadanya jika berlaku pembunuhan. Jika kezaliman
melibatkan harta dibayar ganti rugi atau dikembalikan jika masih ada.
Pemerintahan Islam juga berkewajiban melindungi mereka dari serangan luar.
Mereka berhak mendapat tempat tinggal, hak berpindah dalam negara Islam selain
daripada Mekkah dan Semenanjung Tanah Arab secara umumnya.
Perempuan mereka dibenarkan menikah dengan lelaki Muslim dan
sembelihan mereka boleh dimakan jika mereka dari golongan Ahl al-Kitab. Mereka
boleh mewarisi harta di antara mereka dan saksi mereka diterima dalam keadaan
darurah dan mereka diberlakukan pula hukum pidana Islam. Mereka diminta supaya
ikut menjaga kedudukan masyarakat Islam supaya tidak terganggu, ikut menjaga
keamanan dalam negeri dan dari gangguan pihak luar. Mereka tidak dibenarkan
memperdaya Muslim supaya menganut agama mereka atau menghalangi kafir dhimmi
dari menganut Islam. Mereka dicegah dari melakukan perbuatan mungkar dalam
semua bentuknya dalam kehidupan publik, dilarang membangun rumah ibadat lain daripada
tempat yang dipersetujuinya, mereka boleh menggunakan aturan mereka dalam hal
makanan, minuman, dan pakaian di lingkungan mereka.
Kafir Dzimmi wajib membayar Jizyah yaitu pungutan yang
besarnya ditentukan oleh Khalifah, dibayarkan setahun sekali, dipungut atas
semua kafir dzimmi laki-laki yang mampu.
Prinsip Keadilan Islam (Justice
of Islam)
Keadilan yang dimaksudkan di sini, ialah keadilan mutlak yang
digariskan oleh Islam yang mengatasi segala kepentingan pribadi, keluarga, kelompok
dan sebagainya, sekalipun terhadap musuh dan terhadap golongan non-muslim. Allah
berfirman maksudnya, ”Apabila kamu memberi saksi hendaklah dengan adil
sekalipun hal itu mengenai keluarga. Janji Allah hendaklah kamu patuhi”(52).
Rasullah s.a.w. bersabda maksudnya, ”Siapa yang menyakiti Dhimmi akulah
musuhnya”(53). Maka prinsip keadilan ini menjadi asas dalam amalan pemerintahan
Islam yang melibatkan seluruh golongan dalam masyarakat.
Persamaan Di Hadapan Hukum
Prinsip persamaan di hadapan hukum ini ialah setiap kaum
adalah sama sebagai rakyat di antara satu sama lain dalam hak, kebebasan dan
tanggungjawab di hadapan undang-undang Islam. Islam dalam melaksanakan prinsip
ini secara umumnya berlaku dalam kehidupan publik rakyat negara Islam tetapi
dalam beberapa hal ada perbedaannya di antara rakyat yang Muslim dan rakyat
dzimmi. Prinsip persamaan di hadapan hukum ini diterima oleh Islam dalam
konteks perhubungan manusia secara umum. Allah berfirman maksudnya, “Hai
manusia, sesungguhnya Kami jadikan kamu dari golongan lelaki dan perempuan.
Kami jadikan kamu dari berbagai bangsa dan suku kaum, supaya kamu saling mengenal,
sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah
bertaqwa”(55). Manusia tidak ada bedanya di antara satu dengan yang lain dalam
penilaian Allah di segi keturunan, warna kulit, bahasa dan kebudayaan, tapi
perbedaan itu terletak kepada ketaqwaannya.
Rasullah s.a.w. bersabda maksudnya,
“Kamu semua dari Adam dan Adam dari tanah, tidak ada perbedaan
di antara orang Arab dengan orang bukan Arab kecuali dengan taqwa”(56)
Berdasrkan prinsip inilah Rasulullah s.a.w.menegaskan dalam perlaksanaan
undang-undang dalam sabdanya yang maksudnya,
“Demi Allah sekiranya Fatimah mencuri aku potong tangannya”(57).
Dan nabi pernah melaksanakan hukum rajam karena kesalahan
berzina ke atas Muslim dan non-Muslim(58).
MALAYSIA BUKAN NEGARA ISLAM
Untuk bisa disebut sebagai Negara Islam maka harus diterapkan
sistem Islam keseluruhan oleh Khalifah dan keamanan di tangan kaum Muslimin
yaitu negara tidak di bawah pengaruh negara lain sedikitpun, maka Malaysia BUKAN
merupakan sebuah negara Islam karena Malaysia di bawah pengaruh kuat negara
barat termasuk Inggris, yang bisa dikatakan termasuk negara jajahan meski tidak
dijajah langsung secara militer. Militer Malaysia pun tidak lepas dari pengaruh
kuat asing dalam politik militernya maupun dalam persenjataannya. Dan penguasa
Malaysia bukan Khalifah yang dibai’at untuk menerapkan sistem Islam
keseluruhan. Akidah Islam tidak menjadi dasar negara yang diambil darinya
perundang-undangan Islam secara keseluruhan. Sistem pemerintahan yang
diterapkan di Malaysia adalah sistem kufur demokrasi. Sistem ekonomi di
Malaysia adalah sistem kufur kapitalisme. Sistem keuangan negara malaysia juga
bukan sistem keuangan negara Khilafah dengan Baitul Mal-nya. Kebijakan luar
negeri Malaysia bukan politik luar negeri Islam yang menjadikan dakwah dan
jihad Islam sebagai asas politik luar negerinya. Bahkan riba juga dihalalkan
oleh sistem kufur demokrasi. Sebagian hukum adat (hukum kufur) dalam bidang
keluarga juga masih berlaku. Dan banyak sekali lain-lain perkara cabang hingga
perkara ranting negara Malaysia yang bertentangan dengan sistem syariah Negara Khilafah
Islam.
Syarat Menjadi Warga Negara – Konsep Kewarganegaraan Negara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar