Kejahatan Kebijakan
Kapitalisme Sistem Kapitalis
SERANGAN BALIK, MENGUNGKAP KEBOBROKAN
SISTEM KAPITALIS
Kejahatan kapitalis paling mendasar adalah
sekulerisme, yaitu: prinsip pemisahan antara agama dan tata kehidupan (fashluddin ‘anil hayat). Sehingga
setiap manusia memiliki hak kebebasan yang diletakkan oleh sistem kapitalis
ini, yaitu kebebasan beraqidah, berpendapat, kepemilikan dan kebebasan
individu. Kemudian kebebasan ini dilindungi oleh HAM, yang
dikukuhkan hukumnya melalui deklarasi Human rights
yang disponsori PBB.
Keboborokan kapitalis ini melahirkan
peradaban yang busuk dan penuh dengan kejahatan di muka bumi ini. Kejahatan
politik, kejahatan kekuasaan maupun kejahatan individu yang menyeret kepada
tingkat kriminalitas yang semakin tinggi. Lewat pengkajian yang rinci (tafsilii),
maka dapat kita simpulkan bahwa kapitalis melahirkan peradaban yang rusak.
Peradaban ini (al-hadhoroh)
digali dari pemikiran manusia yang lepas dari wahyu Allah Swt. Dan “peradaban
yang benar” adalah peradaban yang didasarkan kepada aqidah Islam dan digali
dari kitabulloh dan Sunah Rosul (Islam). Akibat berpihak kepada peradaban yang
rusak, maka melahirkan kebijakan publik yang rusak.
a.
Kebijakan politik :
melahirkan politik Oportunis
Sulit
bagi kaum muslimin yang hendak menjadi muslim yang baik yang mampu menjalankan
tugas-tugas pokok da’wah … di lapangan politik, kalau
tidak “taffaruq” (melepaskan diri) dari
berbagai kebijakan politik sekuler. Ideologi kapitalis yang sekuler dan melahirkan gerakan demokrasi sebagai anak
emasnya, akan melahirkan gerakan politik oportunis. Ciri khasnya, standarnya
bukan lagi hak dan bathil, halal dan haram, namun berstandar menang atau kalah,
berkuasa atau dikuasai, memimpin atau menjadi rakyat yang ditindas.
Dan
kaum muslimin mayoritas pada gerakan politik abad 21 sudah masuk wilayah
perangkap kapitalis. Demokrasi adalah sebuah pemaksaan negara-negara Barat
terhadap dunia ketiga, termasuk dunia Islam. Politik yang berasas demokrasi
hanya melahirkan pertentangan, perselisihan, permusuhan dan saling ancam-mengancam,
bahkan
tidak sedikit saling bunuh-membunuh. Yang pada akhirnya
pengikutnya terseret kepada jalan celaka di dunia maupun di akhirat.
b. Kebijakan Akademis : melahirkan
materialisme
Tak
terkecuali perguruan Islam sekalipun, model pendidikan sekarang ini, menyeret
peserta didiknya untuk menjadi sosok yang hanya mempu kerja dalam mesin
produksi Kapitalisme. Padahal tujuan pendidikan pada hakikatnya
adalah sistem perubahan perilaku dari kanak-kanak kepada dewasa agar
mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk secara syara’ (halal
dan haram, haq dan bathil). Karena pola pendidikan jika tidak mengarah kepada
pola materi (kerja) tidak akan laku, maka tujuan
pendidikan diabaikan dan tujuan yang semula digeser kepada tujuan materialistis
yaitu belajar untuk mencari kerja. Akhirnya pendidikan Kapitalisme
tidak akan pernah melahirkan pemikiran
yang bertanggung jawab untuk memikirkan alam, manusia dan kehidupan sebagai
starting point menegakkan
tugas kecendekiawanannya yaitu da’wah dan jihad. Namun hanya melahirkan
para ilmuwan yang berstandar untung dan rugi untuk dirinya sendiri
(materialistik), dampak dari perilaku itu, maka akan melahirkan para koruptor
kolektif dan benih pelaku KKN.
c. Kebijakan berfikir: melahirkan
sekulerisme
Cukup
menjadi fakta, sulit ditemukan lulusan perguruan tinggi, baik yang dari dalam
negeri maupun luar negeri, baik lulusan dari timur maupun barat yang mau berikhlas diri untuk menjadi pengemban
da’wah yang benar menurut Alloh dan Rosul-Nya. Ulama mana di negeri ini yang
mampu menjadi juru bicara Rasululloh SAW, sebagai warotsatul ambiya
dan penyambung khulafaur rosyidin
untuk menyampaikan Islam kembali seperti sediakala dan untuk melangsungkan
kehidupan Islam, sehingga manusia (kaum muslimin) di kolong langit
ini mau mendudukkan Islam sebagai sentral segala urusan?
Jawabannya “ada namun sedikit sekali” Adapun jawaban kebanyakannya
adalah bahwa banyak para cendekiawan kampus dan para
“ulama-ulama”-an, terlalu sibuk mengurusi kepentingan dirinya sendiri dan lupa
terhadap tugasnya untuk memberikan pemahaman Islam kepada umat manusia, amar
ma’ruf dan nahi munkar. Mereka dari para ulama
tidak mau mengingatkan kaum muslimin yang sudah melupakan Rasululloh
Saw, melupakan Khulafaur-rosyidin dan melupakan apa yang diperjuangkan Rasululloh
SAW dan para sahabat. Yaitu memperjuangkan Islam sebagai Daulah dan meletakkan
supremasi
Hukum yang tertinggi kepada Allah swt, sebagai pengatur tatanan
hidup
manusia. Baik dalam bermasyarakat maupun dalam bernegara.
Akhirnya
kaum muslimin terjebak hidupnya dalam pola pikir dikotomi antara
Negara dan kehidupan. Bahwa agama dianggap hanya ada dalam dada masing-masing.
Kehidupan harus dilakukan dan diatur oleh akal dan kehendak hawa nafsu manusia.
Dampaknya di kalangan kaum muslimin sedikit fuqoha (Ahli Hukum Syara’)
namun
banyak sekali ulama dan cendekiawan yang menjadi propagandis (Khuthoba)
yang notabene tidak faham fiqih (hukum Syara’). Kemudian mendudukan Islam pada
posisi spiritual yang direkayasa oleh akal pikirannya, yang hanya sekedar
menentramkan hati individu. Dan tidak meyakini Islam
sebagai ideologi dan hukum yang wajib
ditegakkan di muka bumi dalam rangka pengaturan hidup bermasyarakat dan
bernegara.
d. Kebijakan ekonomi Kapitalis
Indonesia
…, hidup
dalam kungkungan krisis multi dimensional. Namun krisis tak kunjung usai,
bahkan semakin terpuruk apalagi ikut campur tangannya IMF, semakin
menenggelamkan nasib rakyat ke jurang kebobrokan ekonomi, karena IMF sejatinya
sebuah lembaga propaganda kapitalis di bidang
moneter yang mencengkramkan hegemoni Amerika ke seluruh Negara berkembang.
Tujuannya bagaimana tekuk lutut terhadap kehendak Amerika Serikat dalam rangka
melangsungkan geopolitik dunia yang mulus. Keboborokan yang dapat dilihat
langsung dan berbahayanya terhadap Islam adalah standar yang diterapkan oleh
ekonomi kapitalis, bukan halal dan haram namun menguntungkan bagi dirinya
sekalipun menghancurkan orang lain. Karena sejatinya ekonomi
kapitalis adalah sebuah sistem ekoniom yang berkubang imperialis (musta’mirin) bagi penerimanya. Kasus
yang terkini di Indonesia adalah lahirnya kontroversi
di
kalangan
pelaku Negara (eksekutif)
maupun kalangan politisi. Yang tidak mustahil dijadikan alat saling menjatuhkan
dalam mempropagandakan tujuan politiknya bagi masing-masing partai peserta
pemilu. Pada ujungnya ekonomi kapitalis selalu melahirkan perpecahan,
permusuhan dan saling jatuh-menjatuhkan satu kelompok dengan
kelompok lainnya.
e. Perlakuan Sistem Kapitalis
terhadap wanita
Sebagaimana
disebut di atas, bahwa kapitalis melahirkan prinsip pemisahan agama
dari tata kehidupan (fashluddin ‘anil hayat), maka sistem kapitalis
tidak mengenal hukum halal dan haram, hak dan bathil, dan tidak mengenal apakah
patuh
kepada Tuhan dan maksi’at.
Ketika
wanita diberikan ketetapan hukum Syara’, wajib menutup aurat seluruh anggota
badan di muka umum dan dibatasi dalam pergaulan, maka tidak dapat ditawar lagi,
keharusannya melaksanakan di antara kedua kewajiban tersebut dari semua
kewajiban lainnya yang ditetapkan oleh hukum Syara’. Namun ketetapan hukum
Syara’ tersebut dibuat gerakan perlawanan oleh sistem kapitalis dengan isi
kebebasan melalui proses pemikiran sekuler dan sikap demokrasi yang menanamkan
prinsip kebebasan. Kapitalis dengan sekulerisasi dan demokrasi menanamkan
kepada kaum wanita tentang emansipasi wanita, dalam rangka mengejar kesejajaran
dengan kaum laki-laki tanpa batas. Dan kapitalis juga mengajarkan trend busana
masa kini yang akhirnya membentuk satu peradaban modern yang menyesatkan. Maka
kaum wanita hidup dalam kebebasan bergaul tanpa batas dengan kaum laki-laki dan
bebas mengenakan pakaian yang dia sukai tanpa melihat lagi hukum Syara’ dan
akhirnya pertimbangannya adalah pergaulan modern dan trend busana. Akhirnya
sikap materialistis yang merasuk di setiap perilaku wanita. Dan sikap inilah yang
menyeret kepada perbuatan maksiat.
Karena dirinya rela diperlalukan apa saja dan oleh siapa saja, selama
menguntungkan bagi dirinya. Dampaknya
munculnya pelacur-pelacur, baik papan atas maupun kelas jalanan. Munculnya perjudian dan narkoba.
Semua dampak dari sifat pergaulan yang tanpa batas dan pembauran dunia wanita
dan laki-laki yang dihalalkan oleh sistem kapitalis. Maka
kapitalis adalah gerakan yang telah memotong sistem yang telah ditetapkan Alloh
semenjak diutusnya Nabi SAW. Ketika pra-kenabian, jahiliyah telah membebaskan
hidup bagi kaum kuat menindas yang lemah, maka wanita tidak ada harganya sama
sekali, karena tidak memberikan sublimasi kekuatan bagi kaum pria. Namun dengan
lahirnya Nabi SAW dan membawa Risalahnya, mengubah dari sistem penindasan
harkat dan martabat wanita yang dianggap hina bagai binatang menjadi kedudukan
yang wanita terhormat dilindungi oleh hukum (Islam). Dan sistem itu kini telah
dipotong oleh gerakan kapitalis barat yang kafir. Padahal pada dasarnya wanita
dan laki-laki terpisah sedangkan bolehnya berkumpul (dalam pergaulan) dalam
satu tempat dua jenis itu karena adanya hukum Syara’ yang membolehkan. Namun
prinsip ini sedikt demi sedikit dimusnahkan oleh sistem kapitalis melalui
proses peracunan pemikiran dan ideologi, baik melalui pendidikan, pergaulan di
masyarakat maupun melalui sosialisasi peradaban barat yang sesat dan
menyesatkan.
Sistem
kapitalis ini telah terbukti dalam meracuni kaum muslimin, dan wanita-wanita
muslimah, seperti kasus yang masih hangat sebagai fakta di IAIN Jakarta, ketika
ada kelompok mahasiswa berdemo anti jilbab dan menuntut kebebasan mahasiswi
IAIN dalam berbusana (sumber dari salah satu dosen). Mengapa itu terjadi?
Karena keberhasilan gerakan pemikiran sekuler sebagai proses sosialisasi sistem
kapitalis di kalangan perguruan tinggi Islam. Wallahu a’lam bus-showab.
Kejahatan Kebijakan Kapitalisme Sistem Kapitalis
MENJAWAB TUDUHAN MIRING TERHADAP SYARI’AT ISLAM
Oleh: Mukhotim
El-Moekry
Tidak ada komentar:
Posting Komentar