Ustadz
Syamsul Abadi, Ketua DPW Syarikat Islam Jawa Timur
RPA
Indikator Bangkitnya Khilafah
Syamsul Abadi, yang
akrab disapa Ustadz Syamsul, merupakan salah satu tokoh Jawa Timur yang saat
ini menjabat sebagai Ketua DPW SI Jatim. Pria kelahiran Pacet, Kabupaten
Mojokerto tersebut pernah menjadi Takmir Masjid At Taqwa. Saat ini masih
diamanahi sebagai Ketua Yayasan Masjid At Taqwa Pacet, meskipun rumah
tinggalnya di jalan Wonoboyo 2, Surabaya, yang sekaligus menjadi sekretariat
DPW SI Jatim.
Ustadz Syamsul sangat
rajin menghadiri undangan banyak agenda dakwah yang diselenggarakan HTI Jawa
Timur maupun Surabaya. Di antaranya Halqah Islam dan Peradaban (HIP), Refleksi
Akhir Tahun 2014 bersama Jubir HTI. dan termutakhir adalah Rapat dan Pawai Akbar
Jatim di Kenpark Surabaya.
Rapat dan Pawai Akbar
Jawa Timur sangatlah menarik dan gegap gempita, begitulah kesan Ustadz Syamsul.
“Perjuangan harus tetap gigih, dengan tetap menjalani proses untuk mendapatkan 'nashrun minallah'. Tidak sekadar show of
power, tapi RPA Jawa Timur khususnya dan RPA seluruh Indonesia pada umumnya
telah menjadi indikator bangkitnya khilafah,” pungkasnya. []
Bersinergi
Dalam Dakwah
Syarikat Islam (SI)
DPW Jawa Timur merupakan bagian dari DPP SI secara nasional. Secara historis,
SI merupakan perubahan dari Syarikat Dagang Islam yang telah didirikan oleh
Hadji Samanhoedi pada 16 Oktober 1905. Nama SI dicetuskan oleh HOS
Tjokroaminoto pada tahun 1912, yang menjadikan SI semakin membesar dan sangat
diperhitungkan oleh kolonialis Belanda.
Secara obyektif,
seharusnya SI dijadikan tonggak kebangkitan di Indonesia, bukan Boedi Oetomo
(BO) yang selama ini diklaimkan. Dari sisi tahun berdirinya saja, SI adalah
organisasi yang paling awal muncul (1905), lebih dulu 3 tahun daripada BO yang
berdiri tahun 1908. Dari sisi area gerakannya, SI lebih menasional daripada BO
yang hanya ada di Jawa. Dari segi keanggotaannya SI (dengan anggota 2,5 juta
orang di tahun 1919) lebih egaliter dan inklusif (semua lapisan masyarakat),
tidak seperti BO (dengan anggota 10 ribu orang di tahun 1909) yang hanya khusus
priyayi (bangsawan) Jawa saja. Belum lagi dari relasinya dengan kolonialis
Belanda, SI non kooperatif, tercermin dari dipenjarakannya tokoh SI HOS
Tjokroaminoto oleh Belanda, sedangkan BO malah bekerja sama dengan Belanda.
Visi SI adalah
terwujudnya Islam sebagai rahmatan lil alamin, yang memberi keadilan,
kedamaian, kesejahteraan, keamanan dan perlindungan bagi segala golongan
penduduk yang beragam suku, ras, dan agama dan merupakan bagian dari kesatuan
umat Islam sedunia.
Berdasarkan Anggaran
Dasarnya, tujuan SI antara lain: mengembangkan jiwa dagang, membantu
anggota-anggota yang mengalami kesulitan dalam bidang usaha, memajukan
pengajaran dan semua usaha yang mempercepat naiknya derajat rakyat, memperbaiki
pendapat-pendapat yang keliru mengenai agama Islam, hidup menurut perintah
agama.
Sinergi
dengan HTI
Jika dikomparasikan
antara SI dengan Hizbut Tahrir (HT), akan didapat perbedaan dan persamaan.
Berdirinya SI lebih awal daripada HT yang berdiri tahun 1953. Meskipun demikian
ada benang merah persamaan, yaitu semangat anti kolonialisme dan imperialisme. SI
merespon kolonialisme Belanda di Nusantara, sedangkan HT melawan dominasi
imperialisme global. Jadi keduanya merupakan aset umat Islam demi izzul Islam
wal muslimin.
Secara syar'iy,
berjamaah (termasuk berorganisasi) jumlahnya tidak harus satu, tetapi boleh
lebih dari satu. Dalam QS. Ali Imran 104, ada kata 'ummah' yang merupakan isim
(kata benda) bukan tunggal. Artinya boleh lebih dari satu umat, asalkan
memiliki visi dan misi yang sama yaitu yad'una ilal khoir (menyeru kepada al
khair atau Dienul islam), serta ber-'amar ma 'ruf nahy munkar (memerintahkan
kebajikan dan mencegah kemungkaran).
DPW SI Jatim dan DPD
HTI Jatim bersungguh-sungguh mewujudkan hal tersebut. Kedekatan antara
fungsionaris dan pimpinan keduanya di level provinsi Jatim sangatlah dekat.
Juga secara kelembagaan. Saling berkunjung, berbagi informasi dan ilmu,
berkomunikasi via telepon atau sekadar sms telah menjadikan SI dan HTI Jatim
telah bersinergi.
Ketua Lajnah Fa'aliyah
DPD HTI Jatim Fikri A. Zudiar sangatlah akrab dengan DPW SI Jatim Syamsul
Abadi. Begitu pula dengan tokoh cendekiawan/arsitek Muslim yang pernah menjadi
rektor ITS (1982-1986), Harjono Sigit sebagai cucu dari tokoh besar HOS Tjokroaminoto,
sangatlah dekat secara pemikiran perjuangan maupun relasi inter personal.
"Saya sangat
mendukung HTI dan akan selalu berusaha hadir dalam agenda dakwah HTI karena
hanya berharap kepada Allah SWT, bahwa kehadiran saya tersebut menjadi hujjah
di hadapan Allah bahwa saya juga turut berjuang menegakkan syariah dan
khilafah," ujar Syamsul Abadi.
Begitu juga dengan
Ustadz Djarot, Ketua DPD SI Surabaya. Ia selalu welcome terhadap kehadiran
aktivis HTI Surabaya di rumahnya di Jalan Indragiri kawasan gelora Pancasila
Surabaya.
Salah satu alasan
Syamsul Abadi secara sadar untuk bersinergi dengan HTI adalah sama-sama
memiliki spirit menentang segala kezaliman dan segala bentuk imperialisme. []
Sumber: Tabloid Media
Umat edisi 153, Juni-Juli 2015
---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar