Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Jumat, 01 April 2016

Bentuk hubungan umat Islam dengan bangsa lain



Secara praktis, Amerika melaksanakan dan menjalankan kebijakan luar negerinya, dan seluruh dunia hanya menjadi saksi atas kebijakan tersebut. Oleh sebab itulah, agenda kebijakan luar negeri akan membuat suatu negara memiliki pola hubungan yang jelas dan spesifik dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Agenda kebijakan luar negeri inilah yang mengarahkan hubungan suatu negara dengan negara lain dalam rangka memenuhi agenda atau tujuan yang telah ditetapkan, tanpa mempedulikan apakah tujuan tersebut bermanfaat atau merugikan bangsa lain. Absennya kebijakan politik sama artinya dengan absennya hal-hal di atas. Jika agenda kebijakan luar negeri merupakan faktor yang membuat suatu negara menjadi unggul dan lebih kuat daripada negara-negara lainnya; atau dengan kata lain menjadi negara yang memimpin, memelihara, dan mengarahkan semua urusan negara- negara lain di seluruh penjuru dunia.

“(yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah.” (QS. An Nisaa': 139)

Maka sampai di sini muncul pertanyaan: apabila ideologi Islam beserta para penganutnya diciptakan untuk menjadi yang terbaik dan terbesar, maka apakah Islam telah mendefinisikan suatu kebijakan luar negeri? Apakah kaum Muslim memilih untuk didominasi, ataukah sebaliknya, mesti mendominasi bangsa-bangsa lainnya? Jika Islam, yang merupakan ideologi dari Allah Swt, dimaksudkan untuk memelihara urusan umat manusia dengan memberikan kedamaian, keadilan, dan petunjuk bagi setiap orang, maka apakah Islam menetapkan suatu kebijakan luar negeri yang menjadi standar hubungan dengan umat-umat lainnya? Jika umat Rasulullah Saw. diciptakan untuk menjadi pengawas seluruh umat manusia dan bertanggung jawab atas segala urusannya, maka apakah akidah Islam telah menetapkan suatu kebijakan luar negeri? Jika umat Islam merupakan satu kesatuan umat di antara umat-umat yang ada di dunia, lalu bagaimana bentuk hubungan antara umat Islam dengan banga-bangsa lainnya? Apakah Islam telah menjelaskan bentuk hubungan yang harus dianut oleh kaum Muslim? Memang demikianlah halnya; dan segala puji hanya bagi Allah Swt yang telah menurunkan ideologi Islam kepada Nabi terakhir, Rasulullah Muhammad Saw.

“Adapun kaum 'Aad maka mereka menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar dan berkata: "Siapakah yang lebih besar kekuatannya dari kami?" Dan apakah mereka itu tidak memperhatikan bahwa Allah Yang menciptakan mereka adalah lebih besar kekuatan-Nya daripada mereka? Dan adalah mereka mengingkari tanda-tanda (kekuatan) Kami.” (QS. Fushshilat: 15)

Ideologi Islam memang telah menetapkan sebuah kebijakan luar negeri. Atas dasar kebijakan luar negeri itu umat Islam menyusun pola hubungan dengan bangsa-bangsa lainnya di dunia dan negara-negara yang mewakili kepentingan mereka, persis sebagaimana negara-negara terkemuka saat ini. Bahkan dengan kebijakan luar negeri tersebut, maka umat islam bukan hanya menjadi salah satu umat terkemuka, tetapi menjadi satu-satunya umat terkemuka di dunia. Selama lebih dari tiga belas abad kaum Muslim menjadi umat terkemuka di dunia. Negara Khilafah merupakan negara yang paling kuat di dunia; mereka sempat menduduki posisi sebagai negara nomor satu sedunia. Kehadiran negara Khilafah dalam kancah perpolitikan dunia merepresentasikan keberadaan kebijakan luar negeri negara Islam, yang diaplikasikan secara praktis melalui dakwah dan jihad kepada seluruh umat manusia di dunia.

“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. Al Hadiid: 25)

Maka ke manapun kebijakan luar negeri tersebut diarahkan, manusia akan berduyun-duyun bernaung di bawah negara Khilafah, dan mendapatkan keamanan dan perlindungan darinya. Ada dua faktor yang membuat kaum Muslim dan Islam -din al-Haq- memperoleh keberhasilan dalam kancah perpolitikan internasional. Pertama, karena kaum Muslim memahami makna dakwah Islam; dan yang Kedua, karena mereka menyadari sepenuhnya arti pentingnya jihad yang merupakan bagian tak terpisahkan dari upaya mengemban Islam ke seluruh dunia. Dengan menggabungkan kedua konsep Islam ini, maka mereka menjadi umat yang terkemuka sekaligus sebagai pemelihara di dunia. Tidak ada umat lain yang dapat merebut kedudukan ini, karena kaum Muslim memiliki kekuatan militer yang sangat tangguh.

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al Fath: 29)

Lebih jauh lagi, tidak ada pihak-pihak di luar Islam yang mampu mengalihkan pandangan umat manusia dari keadilan sistem Islam. Islam tersebar luas dengan cara yang luar biasa; keberhasilannya sungguh mengagumkan, sekalipun sarana komunikasi yang tersedia waktu itu hanyalah pena, dan sarana transportasi yang ada baru sebatas hewan tunggangan. Para penguasa, para pemimpin, dan para raja mengetahui perkembangan yang sangat luar biasa dari negara Islam. Mereka pun dapat merasakan kekuatannya. Terbongkarnya sistem pemerintahan mereka yang keliru kini tidak lagi bisa dihindarkan. Penindasan, kesengsaraan, dan penjajahan atas rakyat mereka sendiri akhirnya berhadapan dengan sistem alternatif yang jauh lebih unggul.

“Katakanlah kepada orang-orang Badwi yang tertinggal: "Kamu akan diajak untuk (memerangi) kaum yang mempunyai kekuatan yang besar, kamu akan memerangi mereka atau mereka menyerah. Maka jika kamu patuhi (ajakan itu) niscaya Allah akan memberikan kepadamu pahala yang baik dan jika kamu berpaling sebagaimana kamu telah berpaling sebelumnya, niscaya Dia akan mengazab kamu dengan azab yang pedih."” (QS. Al Fath: 16)

Sistem ini mampu menarik hati rakyat mereka, dan dapat diterima dengan senang hati. Dengan demikian, cengkeraman penguasa dan raja-raja kufur itu terhadap rakyatnya dapat dilepaskan, dan diganti dengan sistem Islam dan kekuasaan kaum Muslim. Tidak ada, dan tidak akan pernah ada sistem yang mampu mengimbangi keunggulan sistem Islam. Dalam sebuah hadits- nya, Rasulullah Saw. bersabda: Islam itu tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi daripadanya.

“Dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al Quran bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam,” (QS. An Nisaa': 140)

Salah seorang penulis berkebangsaan Prancis, Count Henry Decastri menulis dalam bukunya yang berjudul 'Islam' pada tahun 1896 sebagai berikut: 'Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan dikatakan kaum Muslim jika mereka mendengar kisah-kisah yang ada di Abad Pertengahan, dan memahami apa yang dikatakan para orator Kristen dalam kidung-kidung mereka. Seluruh kidung-kidung mereka. Seluruh kidung –termasuk kidung yang muncul sebelum abad ke-12– bersumber pada satu konsep yang merupakan penyebab timbulnya Perang Salib. Kidung-kidung ini penuh berisi kebencian terhadap kaum Muslim akibat ketidaktahuan mereka terhadap agama Islam. Sebagai akibat dari kidung dan lagu-lagu ini, kebencian terhadap agama tersebut (Islam) mengendap dalam benak masyarakat, kesalahpahaman terhadap Islam mengakar kuat, hingga masih ada yang terbawa hingga saat ini. Setiap orang menganggap bahwa kaum Muslim adalah orang-orang musyrik (politheis), kafir, penyembah berhala, dan pengkhianat’.

“Dan (dia berkata): "Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa."” (QS. Huud: 52)
 dari "Jihad Dan Kebijakan Luar Negeri Daulah Khilafah", terjemah al-Qur'an

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam