“Telah mendustakan (rasul-rasul pula) sebelum mereka itu
kaum Nuh, 'Aad, Fir'aun yang mempunyai tentara yang banyak,” (QS. Shaad:
12)
Dinyatakan
dalam American Carter Principle pada tahun 1978, bahwa kawasan Teluk merupakan
suatu wilayah strategis bagi kepentingan Amerika. Dari pandangan ini kemudian
disusun agenda kebijakan luar negeri Amerika di wilayah tersebut, serta rencana
kehadiran dan keterlibatannya di sana. Tidak jauh berbeda dari masalah
tersebut, ada indikasi kuat bahwa pemerintah Amerika berencana memecah belah
Irak dan membentuk sebuah negara Kurdistan merdeka di wilayah itu. Dalam
istilah umum, Amerika menunjukkan agenda kebijakan luar negeri yang jelas
kepada dunia, yang kemudian menentukan bentuk hubungan antara bangsa Amerika
dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Jadi, agenda kebijakan luar negeri itu
menentukan bentuk hubungan antara satu umat dengan umat-umat lainnya di seluruh
dunia. “Amerika Serikat memiliki kekuatan yang khas dan pengaruh yang tak
tertandingi, dan kami siap menggunakannya untuk memperjuangkan demokrasi serta
menciptakan perdamaian di seluruh penjuru dunia'.(George W. Bush, 2001)
“Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada RasulNya dan
kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu
tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang yang kafir,
dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir.” (QS. At
Taubah: 26)
“Kami
mempunyai kekuatan untuk membantu menentukan masa depan dunia, terutama untuk
membantu Amerika dan rakyat Amerika, dengan cara menciptakan lebih banyak
transaksi perdagangan, lebih banyak pekerjaan, kesejahteraan yang lebih baik,
dan bangsa yang lebih aman. Tentu kami juga dapat membuat dunia menjadi lebih
baik, lebih demokratis, dan menjadi tempat tinggal yang damai. Bila itu adalah
tujuan kami, bila itu adalah visi kami, maka kebijakan luar negeri jelas
merupakan sebuah prioritas. Sebuah prioritas bagi rakyat dan kepentingan
nasional. Siapapun yang terpilih (menjadi Presiden) sekarang akan meraih lebih
banyak prestasi di masa pemerintahannya bila ia dapat memberikan kepada Amerika
instrumen diplomatik yang paling baik. Kami adalah sebuah kekuatan
internasional, yang mempunyai kepentingan maupun ancaman yang membentang di
seluruh permukaan bumi. Bangsa Amerika paham dengan hal ini'. (Thomas R.
Pickering, Under Secretary for American Political Affair, 2001)
“Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka
sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir
(musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari
dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada
temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta
kita." Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan
membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan
orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi.
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. At Taubah: 40)
Tetapi,
kita tidak menemukan agenda kebijakan luar negeri semacam itu pada
negara-negara seperti Jepang terhadap -misalnya- Eropa atau Timur Tengah; atau
agenda kebijakan politik luar negeri Jerman terhadap negara-negara lainnya di
dunia. Rakyat Amerika yang relatif sedikit (sekitar 262 juta jiwa) secara
efektif mampu mengatur hubungan dengan 5 miliar manusia dari berbagai bangsa di
dunia. Bangsa Amerika tidak hanya dapat mengatur' hubungan di antara mereka
dengan bangsa-bangsa lain di seluruh dunia, tetapi mereka juga mampu menentukan
suatu bentuk hubungan di mana mereka dapat mendominasi bangsa- bangsa lain
(sekalipun jumlah mereka lebih kecil dari pada bangsa- bangsa ,lain di dunia).
“Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang
yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang
mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin
serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya
sejak dahulu. Mereka Sesungguhnya bersumpah: "Kami tidak menghendaki
selain kebaikan." Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu
adalah pendusta (dalam sumpahnya).” (QS. At Taubah: 107)
Jelas
kemampuan seperti ini merupakan sesuatu yang luar biasa, unik, dan istimewa.
Amerika dan negara-negara pemimpin lainnya tidak selalu berada dalam posisi
yang unggul. Pada saat pergantian abad yang lalu, mereka bersikap pasif dalam
percaturan politik internasional, dan membatasi serta menyibukkan diri mereka
dengan urusan internal. Amerika sendiri dikenal juga pernah berada dalam masa
isolasi, yaitu pada masa-masa sebelum tahun 1945. Jadi, sejak saat itu hingga
sekarang ini mereka mengalami proses perubahan yang mencolok dan istimewa.
Faktor yang memungkinkan terjalinnya hubungan antara suatu bangsa dengan
bangsa-bangsa lain di dunia adalah karena adanya agenda kebijakan politik luar
negeri yang jelas. Maka kita bisa melihat bagaimana Amerika mampu mempengaruhi
bangsa-bangsa lain di seluruh penjuru dunia, tanpa pertolongan dari pihak
manapun.
“Atau siapakah dia yang menjadi tentara bagimu yang akan
menolongmu selain daripada Allah Yang Maha Pemurah? Orang-orang kafir itu tidak
lain hanyalah dalam (keadaan) tertipu.” (QS. Al Mulk: 20)
dari "Jihad Dan Kebijakan Luar Negeri Daulah Khilafah", terjemah al-Qur'an
Tidak ada komentar:
Posting Komentar