Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Kamis, 02 Oktober 2014

Hubungan Erat Saddam Hussein Dan Amerika Serikat



Peran Barat di Irak Sepanjang Era Saddam Hussein

18.     Lima tahun sebelum Saddam Hussein, yang kini amat terkenal, memerintahkan serangan gas terhadap warga Kurdi, sebuah pertemuan penting telah diselenggarakan di Baghdad. Pertemuan itu selanjutnya memainkan peran yang sangat penting dalam upaya menutup-nutupi hubungan erat Saddam Hussein dan Washington. Itu terjadi saat Saddam untuk kali pertama diduga menggunakan senjata Kimia. Pertemuan yang diadakan akhir Desember 1993 itu mencoba merumuskan cara untuk memulihkan hubungan Irak dan AS yang rusak sejak meletusnya perang Arab-Israel tahun 1967.

19.     Saat konflik Iran-Irak memanas, Presiden Ronald Reagan mengirim Utusan Timur Tengahnya, mantan Menteri Pertahanan di masa Presiden Ford, ke Baghdad dengan membawa sebuah surat tulisan tangan untuk Presiden Irak, Saddam Hussein, serta sebuah pesan bahwa Washington bersedia membuka kembali hubungan diplomatiknya dengan Irak. Sang utusan itu tidak lain adalah Donald Rumsfeld. Dengan kunjungannya ke Baghdad pada tanggal 19-20 Desember 1983 itu, Rumsfeld menjadi pejabat AS dengan jabatan tertinggi yang mengunjungi Irak dalam kurun waktu 6 tahun terakhir. Ia bertemu dengan Saddam Hussein dan, menurut Menteri Luar Negeri Irak, keduanya mendiskusikan ‘topik-topik kepentingan bersama’. ‘(Saddam) memberikan penjelasan bahwa Irak tidak tertarik untuk terlibat dalam perusakan dunia’, tutur Ramsfeld kemudian kepada New York Times. Ia melanjutkan, ‘kami menyadari pentingnya menjalin hubungan, karena kami benar-benar peduli pada pemecahan masalah Timur Tengah’. Tepat dua belas hari setelah pertemuan dimaksud, yaitu tanggal 1 Januari 1984, Washington Post memberitakan bahwa AS, ‘sebagai bagian dari perubahan kebijakan, telah memberitahu negara-negara sahabat di Teluk Persia bahwa kekalahan Irak dalam perang tiga tahun melawan Iran merupakan sesuatu yang ‘berlawanan dengan kepentingan AS’ dan karenanya AS telah membuat beberapa langkah untuk mencegah hal tersebut’.

20.     Pada bulan Maret 1984, saat perang Iran-Irak semakin bertambah brutal dari hari ke hari, Rumsfeld kembali ke Baghdad untuk mengadakan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Irak saat itu, Tariq Aziz. Pada tanggal 24 Maret, hari saat Rumsfeld berkunjung, United Press International (UPI) melaporkan dari PBB: ‘Gas mustard yang menyerang sistem syaraf digunakan oleh tentara Iran sepanjang 43 bulan Perang Teluk Persia antara Iran dan Irak, demikian kesimpulan tim ahli PBB… Sementara itu di ibukota Irak, Baghdad, utusan presiden AS Donald Rumsfeld mengadakan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Irak, Tariq Aziz, menyangkut Perang Teluk sebelum meninggalkan tempat tersebut menuju tempat yang tidak disebutkan secara pasti’. Sehari sebelumnya, kantor berita Iran menduga bahwa Irak kembali menggunakan senjata kimia lain di daerah Selatan medan pertempuran, melukai 600 orang tentara Iran. ‘Senjata kimia dalam bentuk bom-bom udara telah digunakan di beberapa wilayah Iran yang diamati oleh para ahli’, ungkap laporan PBB tersebut. ‘Jenis senjata kimia yang digunakan Irak adalah bis-(2-chlorothyl)-sulfide yang juga dikenal sebagai gas mustard dan ethyl N, dimethyl phosphoroamido cyanidate, jenis racun syaraf yang juga dikenal sebagai Tabun’.

21.     Sebelum terbitnya laporan PBB, pada tanggal 5 Maret 1984 Departemen Luar Negeri AS mengeluarkan pernyataan, ‘bukti-bukti yang ada memang mengarah kepada penggunaan senjata kimia yang mematikan oleh Irak’. Mengomentari laporan PBB, Duta Besar AS Jean Kirkpatrick –seperti dikutip New York Times– mengatakan, ‘kami kira penggunaan senjata kimia adalah sesuatu yang sangat serius. Kami telah menjelaskannya baik secara umum maupun khusus’. Dibandingkan dengan pernyataan-pernyataan retoris yang muncul dari pemerintahan saat ini, berdasarkan spekulasi tentang apa yang mungkin Saddam miliki, reaksi yang diucapkan Kirkpatrick jelas merupakan sebuah ajakan untuk melakukan aksi. Bukti yang lebih jelas lagi adalah bahwa Donald Rumsfeld sedang berada di Irak ketika laporan PBB tahun 1984 itu dikeluarkan dan Rumsfeld tidak menyinggung masalah kepemilikan senjata kimia, meskipun Departemen Luar Negeri AS memiliki ‘bukti’ tentang hal itu. Pada tanggal 29 Maret 1984, New York Times memberitakan dari Baghdad bahwa ‘para diplomat AS mengatakan mereka puas dengan hubungan antara Irak dan AS dan mengungkapkan bahwa hubungan diplomatik secara keseluruhan telah pulih’.

22.     Satu setengah bulan kemudian, pada bulan Mei 1984, Donald Rumsfeld mengundurkan diri. Di bulan November tahun yang sama, hubungan diplomatik antara Irak dan AS telah kembali pulih. Dua tahun kemudian, dalam sebuah artikel yang mengupas tentang aspirasi Rumsfeld untuk menjadi nominasi Presiden 1998 dari Partai Republik, Chicago Tribune Magazine membuat daftar prestasi Rumsfeld. Di antaranya adalah membantu ‘membuka kembali hubungan AS dan Irak’. Namun, The Tribune tidak mengungkapkan bahwa bantuan tersebut datang ketika Irak –menurut Deplu AS– menggunakan senjata kimia. Selama periode Rumsfeld menjabat sebagai Utusan pemerintahan Reagan untuk Timur Tengah, Irak secara gila-gilaan membeli persenjataan berat dari perusahaan-perusahaan Amerika, mengingat transaksi tersebut mendapat restu Gedung Putih. Pembelian besar-besaran dimulai saat Irak dicoret dari daftar negara pendukung terorisme pada tahun 1982. Berdasarkan sebuah artikel yang dimuat dalam Los Angeles Times tertanggal 13 Februari 1991, ‘urutan pertama dalam daftar belanja Saddam Hussein adalah beberapa buah Helikopter –dia membeli sekitar 60 buah helikopter Hughes dan para pelatih tanpa publikasi besar-besaran. Namun, pemesanan kedua untuk Helikopter Bell ‘Huey’ bermesin ganda seperti yang digunakan untuk membawa pasukan tempur di Vietnam, ditentang oleh kalangan oposisi Kongres pada bulan Agustus 1983… Tetap saja, transaksi itu disetujui’.

23.     Pada tahun 1984, menurut LA Times, Departemen Luar Negeri dengan mengatasnamakan ‘peningkatan penetrasi AS dalam pasar pesawat sipil yang kompetitif’, memaksakan penjualan sekitar 45 unit helikopter Bell 214 ST ke Irak. Helikopter tersebut, yang nilai keseluruhannya mencapai US$ 200 juta, aslinya dirancang untuk keperluan militer. New York Times kemudian memberitakan bahwa Saddam ‘mentransfer hampir semua (helikopter itu) kepada militer’. Pada tahun 1988, pasukan Saddam menyerang warga sipil etnis Kurdi dengan gas beracun dari helikopter dan pesawat Irak. Sumber intelijen AS kemudian mengatakan kepada LA Times pada tahun 1991, bahwa mereka ‘meyakini beberapa helikopter buatan AS ada di antara helikopter yang menjatuhkan bom-bom mematikan itu’.

24.     Dalam rangka merespon serangan gas tersebut, Senat AS menjatuhkan sanksi sweeping dengan suara bulat sehingga tidak memungkinkan Irak untuk mengakses sebagian besar teknologi AS. Namun Gedung Putih kemudian mengabaikan hal tersebut. Para pejabat senior kemudian mengatakan kepada para wartawan bahwa mereka tidak sepenuhnya mendukung sanksi tersebut untuk saat itu, karena mereka ingin mempertahankan kemampuan Irak dalam perang melawan Iran. Penelitian lebih lanjut memperlihatkan tidak adanya pernyataan publik oleh Donald Rumsfeld yang secara terbuka mengekspresikan perhatian terhadap penggunaan dan penguasaan senjata kimia oleh Irak hingga saat di mana Irak menginvasi Kuwait pada bulan Agustus 1990, saat Rumsfeld muncul dalam acara berita khusus BBC. Delapan tahun kemudian, Donald Rumsfeld menandatangani ‘surat terbuka’ yang ditujukan kepada Presiden Clinton, menyerukan Clinton untuk menghentikan ‘ancaman yang dibuat oleh Saddam’. Surat itu mendorong Clinton untuk, ‘menunjukkan wujud kepemimpinan yang diperlukan untuk menyelamatkan diri kita dan dunia dari bahaya yang diciptakan Saddam dan senjata pemusnah massal yang tidak ingin dimusnahkannya’. Pada tahun 1984, Donald Rumsfeld berada dalam posisi yang menguntungkan untuk menarik perhatian dunia terhadap ancaman senjata kimia Saddam. Dia sedang berada di Baghdad saat PBB menyimpulkan bahwa senjata kimia telah dipergunakan untuk memerangi Iran. Rumsfeld mendapat informasi bahwa Departemen Luar Negeri memiliki ‘bukti kuat’ menyangkut penggunaan senjata kimia oleh Irak., namun ketika itu, dia diam saja.

25.     Kini Washington berceloteh tentang ancaman Saddam dan konsekuensi yang terjadi jika gagal melakukan tindakan. Terlepas dari fakta bahwa pemerintah AS gagal memberikan sedikitpun bukti keterkaitan Irak dengan Al Qaeda atau bukti bahwa Irak telah memproduksi senjata kimia atau biologi, Rumsfeld bersikeras, ‘tidak ada bukti bukan berarti terbukti tidak ada’. Namun, ucapan Donald Rumsfeld tentang ‘terbukti tidak ada’ itu justru terbukti sejak Irak dituduh telah menjadi ancaman bagi keamanan internasional –dan dalam hal ini, ‘terbukti tidak ada’ itu memang menjadi bukti.

Download Buku SENJATA PEMUSNAH MASSAL DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI KOLONIALIS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam