Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Sabtu, 04 Oktober 2014

Dukungan Inggris Kepada Saddam Hussein



26.     Peran Inggris dalam naiknya Saddam sebelum Perang Teluk pun disembunyikan oleh pemerintah. Berlawanan dengan pedoman PBB, pemerintahan Margareth Thatcher pada tahun 1980-an, dan kemudian John Major di tahun 1990-an, terbukti melakukan penjualan senjata secara diam-diam kepada rezim Saddam Hussein. Senjata-senjata tersebut Irak gunakan dalam perang melawan Iran, dalam menumpas pemberontak etnis Kurdi dan untuk membantu program nuklir Saddam Hussein. Laporan yang dibuat oleh seorang hakim Pengadilan Tinggi, Sir Richard Scott, tersebut mengungkapkan adanya jaringan konspirasi, intrik, dan penyelewengan yang berlangsung di tubuh pemerintahan. Pemerintahan konservatif di bawah Perdana Menteri John Major mampu mengungguli Scott dengan selisih satu suara dalam perdebatan di House of Commons, 26 Februari; dalam beberapa pemungutan suara Tories melawan oposisi Partai Buruh. Skandal yang sebenarnya menunjukkan bahwa pada tahun 1980-an, berdasarkan laju ekspor senjata yang disokong Perdana Menteri Margareth Thatcher, putra kandungnya, Mark, berperan sebagai penjual keliling tidak resmi bagi perusahaan senjata Inggris. Mark Thatcher diperkirakan meraup keuntungan sekitar US$ 160 juta sebagai komisi selama proses tersebut, termasuk hampir US$ 40 juta dari hasil transaksi dengan Arab Saudi.

27.     Meskipun penjualan senjata kepada rezim-rezim diktator tidak menimbulkan masalah diplomatik (protes hanya muncul dari politisi sayap kiri), penjualan ke Iran dan Irak adalah perkara lain. Pasar yang potensinya besar itu terhambat oleh larangan PBB untuk menjual senjata ke kedua negara tersebut, yang saat itu berada di tengah-tengah peperangan yang menewaskan lebih dari satu juta orang. Potensi kerugian dari pasar Irak sangat terasa, antara tahun 1970-1990 Inggris memasok beragam perlengkapan perang secara besar-besaran kepada rezim Saddam, mulai dari mobil-mobil kelas VIP berlapis baja hingga perlengkapan tank dan komunikasi tercanggih. Baru sekarang diketahui bahwa perusahaan-perusahaan Inggris memasok persenjataan kepada kedua belah pihak yang bertikai pada tahun 1980-an dengan cara yang sederhana, yaitu mengirim senjata-senjata tersebut kepada negara-negara perantara yang kemudian mengekspornya ke Iran atau Irak. Perusahaan Inggris BMARC, direkturnya adalah mantan menteri Jonathan Aitken, menyuplai ratusan senjata angkatan laut ringan ke Singapura, sebuah negara yang sebetulnya tidak memiliki armada angkatan laut dalam jumlah besar. Dari sana, senjata-senjata tersebut dialirkan ke Iran. Adapun negara-negara yang dikenal sebagai perantara untuk penjualan senjata ke Irak adalah Oman dan Yordania. Pada tahun 1986 pihak pabean Swedia mendapati sebuah kartel Eropa, termasuk beberapa perusahaan Inggris, sedang berupaya menyuplai bahan-bahan peledak melalui Yordania.

Sebagian orang berargumentasi, seperti juga Presiden Clinton dalam pidatonya baru-baru ini dalam Konferensi Partai Buruh, bahwa negara-negara Barat telah membuat kesalahan –yaitu dengan memanjakan para diktator. Namun hal ini sebenarnya hanya sebuah katalis untuk menjernihkan situasi dengan menggulingkan rezim Irak. Logika terbalik tersebut barangkali cukup membuat delegasi Partai Buruh terkesan, akan tetapi tidak bisa membuat terkesan para pengamat yang cermat mengkaji situasi politik internasional terkini. Ketika terjadi serangan 11 September terhadap New York dan Washington, alih-alih belajar dari ‘kesalahan’ masa lalu, Barat malah menjadikan para diktator itu sebagai sekutu dalam ‘Perang terhadap Terorisme’-nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam