Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Senin, 23 Desember 2013

Nasihat Bagi Remaja


Jomblo Berkulitas Tinggi




Ngomong-ngomong, jomblo itu apa sih? Ih… tulalit deh! Kini, jomblo dimaknai sebagai julukan ‘trendi’ buat mereka (baik cowok maupun cewek) yang masih sendiri, belum punya pacar, dan belum punya gandengan (emangnya truk?). Gitchu. Ehm, apakah kamu termasuk di dalamnya? Hehehe

Pro-kontra seputar jomblo

Bagi yang pro, mereka enjoy bilang “its oke to be jomblo”. Predikat itu bukan masalah bagi mereka. Justru mereka menikmati hidup tanpa pasangan. Sebagai wujud rasa syukur mereka, ada di antaranya yang bikin perkumpulan dengan nama Jojoba alias Jomblo-jomblo Bahagia. Malah ada juga yang tergabung dalam komunitas Kelompok Jomblo Ceria yang disingkat Kejora. Ehm, Ijo Lumut (Ikatan Jomblo Lucu dan Imut) boleh juga tuh. Ada yang mau gabung? Pilih yang oke visi, misi, dan programnya (duileee). Wis!

Sementara yang kontra, mereka juga punya alasan yang nggak kalah dahsyatnya. Bagi mereka, menyandang status jomblo seperti kutukan (wuiih syerem bener..). Soalnya hidup tanpa curahan kasih sayang dari lawan jenis ibarat sayur tanpa garam. Apalagi di kalangan remaja yang menobatkan pacaran sebagai simbol pergaulannya. Alamat bakal tersisih dari pergaulan dan memanen kata-kata sindiran yang pelan tapi dalem dan bikin kuping panas. Seperti yang dialami tiga cewek jomblo Gwen, Keke, dan Olin dalam film 30 Hari Mencari Cinta yang dituding lesbian cuma karena nggak punya gacoan. Gimana nggak gondok? Nggak ku..ku.. deh!

Makanya bagi kaum antijomblo, nggak punya pasangan bisa bikin depresi. Gejala yang ringan sih mungkin cuma uring-uringan, mimik mupeng ngeliat temennya yang pacaran, atau krisis percaya diri karena tak kunjung laku (emangnya jualan?). Tapi, gejalanya bisa parah. Karena nggak kuat lagi menahan rasa malu, gunjingan atawa sindiran setan, orang bisa kesetanan atawa malah terdampar di Rumah Sakit Jiwa. Bukannya kita nakut-nakutin ya, cuma bikin kamu parno (paranoid) aja. Yee…!

Mending jomblo daripada maksiat

Sobat muda muslim, kian hari opini media yang memojokkan para jomblo kian tak terkendali. Remaja makin diarahkan untuk berani maksiat bareng lawan jenis dengan berpacaran. Tayangan-tayangan ghibahtainment yang berseliweran tiap hari di layar kaca, bikin permasalahan cinta (seolah) menjadi masalah utama dalam kehidupan remaja-remaji. Kedekatan seorang selebritis dengan lawan jenis dikupas habis dengan bumbu sana-sini biar layak jual. Aksi “penembakan” yang dilakukan remaja diabadikan dalam “Katakan Cinta”. Perselingkuhan di antara mereka pun sampe melibatkan detektif H2C atau dengan pembuktian Playboy Kabel.

Parahnya, remaja mengkonsumsi semua tayangan di atas setiap minggu. Cinta buta… cinta tuli… dan cinta tipu…. Tiada hari tanpa obrolan cinta. Otomatis secara psikologi ada desakan tersendiri dalam jiwa mereka. Malu bin nggak pede dalam kesendiriannya. Merasa terasingkan ketika kebanyakan temen-temennya udah punya gebetan mesum. Pengaruh media membuat murid-murid SMP pun udah Saatnya Mencari Pacar. Berabe euy!

Maaf, bukan mengajak para jomblo untuk tabbatul (membujang). Tapi kalo upaya pelepasan predikat jomblo selalu berujung pada perbuatan pacaran, mendingan tetep istiqomah menyandang status jomblo. Seperti pepatah bilang, biar jomblo asal selamat dari aktivitas maksiat. Setuju?

High Quality Jomblo = JI

Sobat muda muslim, istiqomah dengan predikat jomblo bukanlah sebuah aib yang kudu disesali. Karena derajat manusia di hadapan Allah tidak dinilai berdasarkan predikat ini. Itu berarti kaum jomblo punya peluang yang sama besar dengan para alumninya yang udah merit untuk dapetin pahala Allah yang berlimpah. Jadilah High Quality Jomblo (HQJ) di hadapan Allah. Caranya?

Pertama, HQJ nggak semata dinilai dari penampilan fisik seperti yang disyaratkan dalam “Katakan Cinta”. Tapi dinilai dari keterikatannya dengan aturan Allah. Ini berlaku untuk setiap perbuatan dia. Dari bangun tidur sampe tidur lagi. Sehingga melahirkan sikap anti individualis bin egois. Bersikap tegas tanpa harus bertindak keras.

Kedua, seorang HQJ nggak dosa punya tampang menawan hati. Itu kan anugerah dari Allah, ya kudu disyukuri. Tapi bakal dosa kalo anugerah itu dipake tebar pesona sana-sini. Apalagi sampai diobral. Emangnya produk sisa ekspor? Nggak lha yauw!

Ketiga, seorang HQJ juga pandai memanfaatkan masa kesendiriannya. Waktu, pikiran, tenaga, dan isi dompetnya nggak dihabisin buat ngurusin cinta maksiat. Tapi dioptimalisasi untuk mengekspresikan cinta kepada Allah dan RasulNya. Ngasih porsi yang lebih besar dari waktu yang dimilikinya untuk terjun ke dunia dakwah.

Itu sebabnya, doi aktif ngaji, getol dakwah, sopan, dan taat syariat. Rasul Saw. bersabda: “Tidak layak seseorang, ketika menyaksikan suatu tempat di dalamnya ada kebenaran, kecuali dia akan mengatakannya. Sesungguhnya sekali-kali hal itu tidak akan pernah memajukan ajalnya dan tidak akan mencegah apa yang telah menjadi rezeki baginya” (HR al-Baihaqi)

Nah sobat, tiap orang pantas menjadi HQJ seperti di atas (kecuali yang udah merit kali ya). Jangan minder. Kuncinya cuma satu, ridho ngikutin aturan Allah yang original dalam keseharian kita. Bukan aturan bajakan yang doyan kompromi ama sekulerisme dan anak cucunya. Sebab cuma buat yang original Allah bakal ngasih garansi. Nggak cuma seumur hidup, tapi dunia akhirat. Di akhirat kita selamat, di dunia kita bisa jadi anggota JI.
Hah?! JI?! artinya Jomblo Idaman yang bisa menjelma jadi CIA (Cowok Incaran Akhwat) atau FBI (Female Bidikan Ikhwan). Masa’?

Mengakhiri masa jomblo

Sobat muda muslim, meski telah menjadi anggota JI, semoga kamu nggak puas dengan predikat itu. Apalagi sampe mengikrarkan diri untuk menjadi jomblo abadi binti sejati. Jangan deh. Gimanapun juga, Rasul men-sunnah-kan kita yang sudah mampu untuk mengakhiri masa jomblo. Dengan menikah, kita turut menambah barisan perjuangan Islam dan kaum Muslimin. Bagi ikhwan, jangan lewatkan peluang menjadi suami dan seorang ayah. Betapa nikmatnya memikul tanggung jawab. Terlahir suatu kekuatan yang mampu menggali potensi untuk keluarga. Dan bagi akhwat, rasakan asyiknya menjadi seorang ibu dan pengatur rumah tangga, menjadi madrasah buat jundullah tercinta, atau mendampingi suami meraih ridho ilahi. Bener lho!

Makanya kudu tetep semangat. Meski usia sudah masuk kepala tiga atau masih berstatus mahasiswa. Percaya deh, Allah pasti akan menunjukkan jalan bagi hambaNya yang hendak menikah demi menjaga kehormatannya. Kuncinya sabar berusaha dan tawakkal.
Sobat muda muslim, perlu dicatet ya, kita di sini tidak bermaksud manas-manasin para jomblo untuk segera melepaskan statusnya. Kita cuma mau ngasih informasi yang lengkap seputar pro kontra status jomblo menurut kacamata Islam. Ehm, moga paham.
Kita udah cukup dewasa untuk menentukan pilihan. Kalo masih berstatus jomblo, jadilah High Quality Jomblo. Intinya, mari kita sama-sama berusaha agar keseharian kita tak lepas dari keterikatan dengan aturan Allah. Jomblo atau mantan jomblo, ya nggak masalah. Betul? Betuuuul!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam