Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Jumat, 21 Juni 2013

Kisah Do’a yang Dikabulkan

Kisah Do’a yang Dikabulkan



Kisah-Kisah Sukses dengan Do’a

Saudaraku seiman! Para Nabi dan Rasul adalah sebaik-baik makhluk Allah dan makhluk yang paling dicintai oleh-Nya. Jika musibah menimpa mereka, apa yang mereka lakukan, kepada siapa mereka bergantung dan kepada siapa mereka mengadu?
Mereka merendahkan diri kepada Allah, berdo’a kepada-Nya dan menampakkan kebutuhan kepada Tuhan semesta alam. Mereka mengadu kepada Allah dan memperbaiki hubungan dan persangkaan kepada-Nya.

Inilah Nuh as.! Dia berlindung kepada Allah dan mengadukan keadaannya kepada-Nya. Allah Swt. berfirman, artinya:
“Sesungguhnya Nuh telah menyeru Kami, maka sesungguhnya sebaik-baik yang memperkenankan adalah Kami. Kami telah menyelamatkannya dan pengikutnya dari bencana yang besar.” [QS. Ash Shaffat: 75-76]

Nuh bermunajat, merendahkan diri dan meminta dengan sungguh-sungguh. Lalu apa hasilnya? Hasilnya adalah jawaban dari Allah Swt., artinya:
“Dan (ingatlah kisah) Nuh, sebelum itu ketika dia berdo'a dan Kami memperkenankan do'anya, lalu Kami selamatkan dia beserta keluarganya dari bencana yang besar.” [QS. Al Anbiyaa`: 76]

Betapa jelasnya ayat ini menyatakan pengaruh do’a. Allah Swt. berfirman, artinya:
“Maka dia mengadu kepada Tuhannya: "bahwasanya aku ini adalah orang yang dikalahkan, oleh sebab itu menangkanlah aku. Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah.” [QS. Al-Qamar: 10-11]

Allah berfirman, artinya:
“Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.” [QS. Al Anbiyaa`: 83]

Lalu apa jawabannya? Inilah jawaban dari Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang, artinya:
“Maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya, Kami kembalikan keluarganya dan Kami lipat gandakan jumlah mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah.” [QS. Al Anbiyaa`: 84]

Disebutkan dalam kisah Nabi Zakariya as., artinya:
“Dan (ingatlah kisah) Zakaria, tatkala ia menyeru Tuhannya: ‘Ya Tuhanku janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah Pewaris Yang Paling Baik.’” [QS. Al Anbiyaa`: 89]

Lalu apa hasilnya?
“Maka Kami memperkenankan do'anya dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdo'a kepada Kami dengan harap dan cemas. Mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada Kami.” [QS. Al Anbiyaa`: 90]

Saudaraku! Mengapa Allah memperkenankan do’a Zakariya dan isterinya? Mengapa Allah mengubah kemandulan isterinya, sehingga bisa hamil? Jawabannya, karena mereka adalah orang-orang yang cepat dalam mengerjakan perbuatan-perbuatan baik menaati syariat Allah Swt. Mereka tidak pernah bosan dalam berdo’a. Hatinya selalu terpaut dan berhubungan dengan Allah Swt., sehingga dikatakan bahwa, “Mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada Kami.”

Sesungguhnya keluh kesah keluar lewat hati sebelum terucap oleh lisan. Kisah-kisah do’a orang mukmin dari umat-umat terdahulu untuk mendapatkan kemenangan dari musuh-musuhnya, juga terjadi pada Rasulullah Saw. bersama para sahabatnya pada perang Badar. Mereka berdo’a kepada Tuhan agar diberi kemenangan dalam menghadapi orang-orang kafir Quraisy. Allah Swt. berfirman, artinya:
“(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu, "Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.” [QS. Al Anfaal: 9]

Ayat ini sangat jelas, sejelas matahari di siang bolong bahwa jawaban Allah terhadap do’a orang mukmin adalah dengan memenangkan mereka atas musuh mereka serta mendukung dan memberikan bantuan kepada mereka dengan malaikat-malaikat-Nya.

Firman Allah berikut menceritakan pujian dan do’a-do’a Yunus kepada-Nya, artinya:
“Dan (ingatlah  kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim." Maka Kami telah memperkenankan do'anya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. Demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.” [QS. Al Anbiyaa`: 87-88]

Ayat ini menunjukkan bahwa do’a menjadi sebab keselamatannya. Sebagaimana ayat ini menunjukkan bahwa jawaban terhadap do’a tidak khusus bagi Yunus, namun bagi orang-orang mukmin pada umumnya. Apabila mereka tertimpa kesulitan lalu mereka berdo’a dan meminta kepada Tuhan, maka Dia akan menyelamatkan mereka. Ayat ini juga menyatakan bahwa jika Yunus tidak berdo’a, niscaya dia tetap berada dalam musibah yang besar dan tetap berada dalam perut ikan. Sebagaimana dijelaskan oleh ayat yang lain, artinya,
“Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit.” [QS. Ash Shaffaat: 144]

Allah berfirman, artinya:
“(Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hamba-Nya, Zakaria, yaitu tatkala ia berdo'a kepada Tuhannya dengan suara yang lembut.” [QS. Maryam: 2-3]

Allah Swt. berfirman tentang kisah munajat Musa dan do’anya kepada-Nya, artinya:
“Berkata Musa: "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku dan mudahkanlah untukku urusanku.” [QS. Thaahaa: 25-26]

“Allah berfirman: "Sesungguhnya telah diperkenankan permintaanmu, hai Musa.” [QS Thaahaa: 36]

Diceritakan bahwa suatu ketika terjadi peristiwa pada masa Nabi Saw., ada yang mengatakan bahwa peristiwa ini menjadi sebab turunnya ayat berikut, “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” [QS. Ath Thalaaq: 2-3] Kejadiannya dimulai dari seorang laki-laki yang kehilangan anaknya karena ditawan musuh. Ibunya sangat tergoncang mengetahui hal ini sehingga suaminya khawatir. Maka laki-laki itu, namanya Auf bin Malik ra., bergegas menemui Nabi Saw. dan berkata, “Ya, Rasulullah! Sesungguhnya anakku ditangkap oleh musuh dan ibunya sangat tergoncang dan bersedih, apa nasehatmu kepadaku?” Nabi Saw. mewasiatkan kepadanya untuk bersabar. Beliau berkata kepadanya, “Perbanyaklah mengucapkan: لاحول ولا قوة إلا بالله  artinya: “Tiada daya dan tiada kekuatan melainkan dari Allah.” Maka Auf bin Malik dan istrinya menjalankan nasehat Rasulullah Saw. Akhirnya habis gelap, terbitlah terang dan datanglah kelapangan setelah kesempitan. Ibnu Auf (anaknya Auf) berhasil mengecoh musuh dan melarikan diri sambil membawa pulang kambing-kambing mereka sebanyak empat ribu ekor, lalu memberikan kambing tersebut kepada ayahnya. Kemudian Auf mendatangi Nabi Saw. dengan gembira dan berkata, “Ya, Rasulullah! Bolehkan aku memakan kambing-kambing yang dibawa puteraku?” Jawab Nabi, “Ya,boleh.” [Tafsir Ibnu Katsir]

Ya, Allah! Tuhannya Seluruh Mahluk

Nafi’ berkata, “Pada suatu hari Ibnu Umar menerima seorang tamu yang buta. Umar menyambutnya dengan baik dan memuliakannya dengan menempatkannya di rumah kediamannya. Pada tengah malam Ibnu Umar bangun, lalu mengambil wudlu dan berwudlu dengan sempurna. Kemudian shalat dua raka’at dan berdo’a dengan sebuah do’a. Tamunya mengetahui apa yang diperbuatnya dan memahami do’a yang dibaca Ibnu Umar. Ketika Ibnu Umar kembali ke tempat tidurnya, tamunya bangun, lalu mengambil wudlu dan berwudlu dengan sempurna. Kemudian shalat dua rakaat setelah itu berdo’a dengan do’a yang ia dengar dari Ibnu Umar. Maka seketika itu Allah mengembalikan pandangannya dan ia bisa melihat. Pagi harinya dia shalat shubuh bersama Ibnu Umar sudah dalam keadaan bisa melihat. Setelah selesai shalat tamunya menoleh kepada Ibnu Umar dan berkata kepadanya: “Wahai, Abu Abdurrahman! Semalam aku mendengar engkau berdo’a dan aku memahaminya. Lantas aku bangun untuk melakukan apa yang telah engkau lakukan, sehingga Allah mengembalikan pandanganku.” Ibnu Umar berkata, “Itu adalah do’a yang diajarkan Rasulullah Saw. kepada kami. Beliau mewasiatkan agar kami tidak mengajarkan kepada siapapun untuk mendapatkan perkara dunia. Nabi Saw. berkata, “Ucapkanlah, ‘Ya, Allah! Tuhannya ruh yang tak tampak dan tubuh yang fana. Aku meminta-Mu dengan wasilah ketaatan ruh yang kembali kepada jasadnya, dengan ketaatan tubuh yang menyatu dengan aliran darahnya, dengan keagungan perkataan-Mu yang terlaksana pada mereka dan hukuman-Mu yang haq di antara mereka. Semua makhluk berada di hadapan-Mu menunggu kemurahan ketentuan-Mu. Maka mereka mengharapkan rahmat-Mu dan mengkhawatirkan siksa-Mu. Ya, Allah! Jadikanlah cahaya pada mataku, keyakinan dalam hatiku, dzikir pada mulutku siang dan malam, amal perbuatan yang baik dan berilah aku rezeki.” [HR. Abu Bakar bin Abi Ad Dunya dalam buku Mujaabu ad Da’wah (1055). Hadits ini juga disebutkan dalam Al Mushannaf dengan jalan periwayatan yang sama]

Saudaraku seislam! Allah telah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk berdo’a dan menjanjikan kepada mereka bahwa Dia akan mengabulkan do’a mereka, sebagai bentuk anugerah, kemurahan dan kebaikan dari-Nya. Allah Swt. berfirman, artinya:
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila ia memohon kepada-Ku.” [QS. Al Baqarah: 186]

Allah juga berfirman, artinya:
“Berdo'alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.” [QS. Ghaafir: 60]

 “Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji.” [QS. Ar Ra’d: 31]

Keyakinan bahwa Allah tidak menyalahi janji-Nya adalah akidah bagi setiap orang yang beriman kepada-Nya. Sikap inilah yang dituntut oleh nas-nas Islam sebagaimana dituntut oleh fitrah yang lurus, akal yang bersih dan tradisi yang berlaku di kalangan orang-orang yang mulia.

Saudaraku seiman! Sesungguhnya jawaban terhadap do’a para nabi atas beratnya musibah yang menimpa mereka, datang setelah kehendak yang kuat, do’a yang banyak, permohonan dan seruan. Ini adalah fakta dan realita yang sangat jelas, bahwa siapa saja yang bertawakkal kepada Allah, bergantung dan memperbaiki hubungan kepada-Nya, maka Allah memperkenankan do’anya, menjaganya dan membimbingnya. Jika tidak di dunia, maka jawaban itu adakalanya di akhirat, sedangkan akhirat adalah tempat yang lebih baik dan lebih kekal.
Kepada semua yang tertimpa bencana dan kesusahan... Kepada semua yang tertimpa kesulitan dan kesempitan... Aku katakan kepada mereka, “Tenanglah! Karena sebelum kalian telah banyak orang-orang yang tertimpa musibah. Musibah tidak berlangsung selamanya.

Ada banyak kisah dari orang-orang yang tertimpa penyakit, kemiskinan, penindasan atau kehilangan, kemudian datang pertolongan. Pertolongan yang diantar oleh Yang Maha Pengasih dan Maha Penjawab Do’a. Sesungguhnya pada orang yang tertimpa musibah banyak terdapat pelajaran.

Ibnu Al Qayyim berkata dalam Zaadul Mi’ad, “Sesungguhnya kebahagiaan dunia saat ini adalah impian belaka atau seperti bayangan yang mudah hilang.”

Jangan bersedih dan berduka wahai saudaraku! Di dunia ini engkau bisa tertawa dan menangis, berkumpul dan berpisah, merasakan kesempitan dan kelapanagan, juga kebahagiaan dan kesedihan. Mari angkat kedua tangan kita kepada Allah dan bersungguh-sungguh dalam berdo’a, “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” [QS. Nasyrah: 5]

Kisah Do’a yang Dikabulkan

DOWNLOAD BUKU: PENJAWAB SEMUA DO’A

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam