ETIKA DALAM BERDO’A
Etika
Do’a
Memulai
Do’a dengan pujian kepada Allah Azza wa Jalla dan Shalawat serta Salam
Kepada Nabi Muhammad Saw.
Pujian ini dengan tawassul kepada Allah
Swt. melalui nama-nama dan
sifat-sifat-Nya yang mulia. Apabila kita memperhatikan do’a-do’a yang tertera
dalam Al Qur’an dan Sunnah, kita akan mendapatkan bahwa mayoritas do’a dimulai
dengan pujian kepada Allah dengan sifat-sifat-Nya yang indah. Di antaranya
adalah do’a yang Allah ceritakan kepada hamba-Nya, para Ulil Albab, pada
akhir Surat Ali Imraan. Do’a ini dimulai dengan pujian kepada Allah dengan
penyucian dan tidak adanya perbuatan yang sia-sia,
"Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha
Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” [QS. Ali Imraan: 191]
Di antaranya pula adalah do’a Al Fatihah yang
merupakan do’a paling utama. Juga dimulai dengan pujian kepada Allah.
Shalawat kepada Nabi Saw. adalah salah satu bentuk
ibadah dan do’a kepada beliau.
Sebaik-baik pujian adalah: “Laa ilaha
Illallah”, tahmid, takbir dan beristighfar pada-Nya. Kemudian
mengucapkan shalawat kepada Nabi Muhammad Saw.
Pada suatu ketika, Nabi Saw. mendengar seseorang berdo’a
dalam shalatnya tidak mengagungkan Tuhan dan tidak membaca shalawat untuknya
Saw. Maka Rasulullah Saw. berkata, “Dia terburu-buru,”
kemudian Rasulullah Saw. memanggilnya dan berkata
kepadanya, “Apabila kalian berdo’a, maka mulailah dengan mengagungkan Tuhan dan
memuji-Nya, kemudian bacalah shalawat kepada Nabi Saw. setelah itu berdo’alah sesuai dengan keperluannya.” [HR. Abu Dawud (1481), At Tirmidzi (3473), An Nasa’i
(4413), dishahihkan oleh Al Hakim dalam Al Mustadrak (1/231) dan
disetujui oleh Imam Adz Dzahabi. Ibnu Hibban juga meriwayatkannya dalam buku Shahihnya
(510)]
Ibnu
Al Qayyim berkata, “Apabila seorang yang berdo’a mengumpulkan dalam do’anya
kehadiran hati, waktu ijabah (waktu utama dikabulkannya do’a), sikap khusyu’,
merendahkan diri di hadapan Tuhan, tunduk kepada-Nya, kelembutan hati,
menghadap kiblat, dalam keadaan suci, mengangkat kedua tangannya kepada Allah,
memulai dengan memuji kepada Allah dan menyanjung-Nya, kemudian membaca
shalawat kepada Rasulullah Saw., mendahulukan taubat dan istighfar sebelum
mengungkapkan keperluannya, setelah itu mengungkapkan keperluannya dan
bersungguh-sungguh dalam meminta, berdo’a dengan harap dan cemas, bertawassul
mempergunakan nama-nama dan sifat-sifat-Nya yang indah sambil mengesakan-Nya
dan sebelum melakukan do’a dia telah mendahului dengan mengeluarkan shadaqah,
maka do’a seperti ini tidak akan tertolak. Apalagi jika do’a-do’a yang dibaca
sesuai dengan yang diajarkan oleh Nabi Saw. dan do’a tersebut adalah do’a yang dekat
untuk dikabulkan serta do’a itu mengandung nama Allah yang paling agung.” [Al Jawab Al Kafi, karya Ibnu Al Qayyim]
Ali bin Abi Thalib ra. berkata,
“Pada suatu hari aku bersama Rasulullah Saw., Abu Bakar dan beberapa orang sahabat. Kami melewati Abdullah Ibnu
Mas’ud yang sedang shalat. Nabi Saw. bertanya, “Siapakah dia?” Ada
yang menjawab, “Dia adalah Abdullah Ibnu Mas’ud.” Nabi berkata, “Sesungguhnya
Abdullah Ibnu Mas’ud membaca Al Qur’an persis ketika diturunkan.” Maka Abdullah
memuji kepada Allah dengan pujian yang sangat baik, kemudian dia meminta dengan
permintaan yang sangat indah dan bersungguh-sungguh dalam meminta, kemudian
berkata, “Ya, Allah! Aku minta kepada-Mu keimanan yang tanpa keraguan,
kenikmatan yang tidak akan habis dan menjadi teman Nabi Muhammad Saw. di tempat tertinggi dalam surga-Mu yang kekal.” Ali berkata, “Rasulullah
Saw. bersabda, ‘Mintalah niscaya Allah akan memperkenankan!’” –dua kali- Maka
aku berlari untuk memberi kabar gembira kepada Abdullah, namun Abu Bakar telah
mendahuluiku. Memang Abu Bakar adalah orang yang paling cepat dalam kebaikan.” [HR. Al Hakim dalam Al Mustadrak (3/317), An Nasa`i
(869), At Tirmidzi (592), Ibnu Hibban (7067) dan Imam Ahmad dalam Musnadnya
(1/386, 400)]
Mengangkat
Kedua Tangan dan Membukanya
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. dalam haditsnya tentang
pembebasan kota Mekah,
“Sesungguhnya Rasulullah Saw. mendatangi bukit Shafa, lalu beliau mendakinya hingga bisa melihat
Ka’bah. Kemudian beliau mengangkat kedua tangannya, memuji Allah dengan pujian
yang indah dan berdo’a dengan mengungkapkan keperluan yang beliau kehendaki.” [HR. Muslim (913), Abu Dawud (1195) dan An Nasa`i dalam Al
Mujtaba (3/125)]
Ibnu Abbas ra. berkata, “Sesungguhnya Rasulullah Saw. bersabda,
‘Cara berdo’a adalah dengan mengangkat
kedua tanganmu sejajar pundakmu, cara istighfar dengan memberi isyarat dengan
satu jari sedangkan cara pujian adalah dengan mengulurkan kedua tanganmu.” [HR. Al Hakim dalam Al Mustadrak (1/536), Abu Dawud
(1489) dan Imam Adz Dzahabi menyebutkan hadits ini dalam Talkhishnya]
Amir bin Sa’ad bin Abi Waqqash ra. meriwayatkan dari
ayahnya,
“Kami bersama Rasulullah Saw. keluar dari Mekah menuju Madinah. Ketika kami hampir sampai di daerah
Azura`, beliau turun dari untanya, lalu beliau mengangkat kedua tangannya dan
berdo’a beberapa saat lamanya. Kemudian beliau sujud dalam waktu yang cukup
lama, setelah itu beliau bangun, mengangkat kedua tangannya sambil berdo’a
beberapa saat kemudian sujud lagi.’” [HR. Abu Dawud (2770)]
Istighfar,
Taubat dan Mengakui Dosa
Allah Swt. berfirman, artinya:
“Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu,
lalu memohon ampun kepada Allah dan Rasul pun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha
Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” [QS. An Nisaa`: 64]
Allah Swt. berfirman, artinya:
“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengadzab mereka, sedang kamu berada di
antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengadzab mereka, sedang mereka
meminta ampun.” [QS. Al Anfaal: 33]
Allah Swt. berfirman, artinya:
“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya.
(Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang
baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia
akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan)
keutamaannya.” [QS. Huud: 3]
Saudaraku seiman! Perbanyaklah istighfar
setiap waktu, baik malam maupun siang, karena Allah Swt. telah berfirman, artinya:
“Maka aku katakan kepada mereka, ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu,
-sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun- niscaya Dia akan mengirimkan hujan
kepadamu dengan lebat, membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan
untukmu kebun-kebun dan mengadakan pula di dalamnya sungai-sungai.’” [QS. Nuh: 10-12]
Rasulullah Saw. bersabda, artinya:
“Iblis berkata, ‘Demi keagungan-Mu, biarkan
aku menyesatkan hamba-hamba-Mu selama ruh mereka masih berada dalam jasad
mereka,’ maka Allah Swt. berkata, ‘Demi keagungan-Ku!
Aku akan tetap mengampuni mereka selama mereka meminta ampun kepada-Ku.’” [HR. Imam Ahmad (3/29) dan Al Hakim berkata: “Sanadnya
shahih”. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ath Thabrani dan Abu Ya’la]
Rasulullah Saw. bersabda, artinya:
“Barangsiapa senantiasa membaca istighfar,
maka Allah akan menghilangkan kedukaannya, melapangkan kesempitannya dan
memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” [HR. Abu Dawud dalam kitab Shalat, (1518), An
Nasa’i (456), Ibnu Majah dalam kitab Al Adab (3819), Al Hakim (1062),
dia berkata: “Sanadnya shahih” dan Ath Thabrani juga menyebutkannya dalam Al
Mu’jam Al Kabir (10/324)]
Rasulullah Saw. bersabda, artinya:
“Barangsiapa yang ingin gembira melihat
catatan amal perbuatannya, maka perbanyaklah membaca istighfar.” [HR. Al Baihaqi dengan sanad yang baik dan hadits ini juga
diriwayatkan oleh Ath Thabrani dalam AlMu’jam Al Ausath (1/48 – B):
“Atiq bin Ya’kub sendirian meriwayatkan hadits ini”. Hadits ini juga disebutkan
dalam Majma’uz Zawaid (10/208)]
Abu Hurairah ra. berkata, “Rasulullah Saw. bersabda,
‘Demi Dzat yang jiwaku berada dalam
kekuasaan-Nya! Seandainya kalian tidak melakukan dosa, niscaya Allah akan
menggantikan kalian dengan umat lain yang melakukan dosa. Kemudian mereka
meminta ampun kepada Allah maka Allah mengampuni mereka.’” [HR. Muslim (1063) dan dalam Mushannaf Abdurrazak
(11/181)]
Rasulullah Saw. biasanya mengulangi do’a dan istighfar
sebanyak tiga kali.
Abu Hurairah ra. berkata, “Aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda, artinya:
‘Sesungguhnya seorang hamba jika melakukan
dosa, lalu dia berdo’a, ‘Tuhanku aku telah melakukan dosa, ampunilah aku!’ Maka
Tuhan berkata, ‘Hamba-Ku tahu bahwa dia memiliki Tuhan yang mengampuni dosa dan
menghukumnya, Aku telah mengampuni hamba-Ku.’ Kemudian dia melakukan
aktivitasnya seperti biasa beberapa waktu lamanya. Setelah itu dia melakukan
dosa lagi lalu berdo’a, ‘Tuhanku! Aku telah melakukan dosa, ampunilah aku!’
Maka Allah berkata, ‘Hamba-Ku tahu bahwa dia memiliki Tuhan yang mengampuni
dosa dan menghukumnya, telah Aku ampuni dosanya.’ Kemudian ia melakukan
pekerjaannya seperti biasa beberapa waktu lamanya, setelah itu dia melakukan
dosa lagi, lalu berdo’a, ‘Tuhanku! Aku telah melakukan dosa lagi, ampunilah
aku!’ Allah berkata, ‘Hamba-Ku tahu bahwa dia memiliki Tuhan yang mengampuni
dosa dan menghukumnya. Aku telah mengampuni dosanya untuk ketiga kalinya.
Berbuatlah apa saja, Aku tetap membukakan pintu ampunan baginya.’” [HR. Bukhari (7507), Muslim (2758), An Nasa`i (4190) dan
Ibnu Sunni (392)]
Merendahkan
Diri di Hadapan-Nya dan Melembutkan Suara ketika Berdo’a
Allah Swt. berfirman, artinya:
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat yang
sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan
kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan
diri. Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati
mereka telah menjadi keras.” [QS. Al An’aam: 42-43]
Allah Swt. berfirman, artinya:
“Berdo'alah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut.” [QS. Al A’raaf: 55]
Allah Swt. berfirman, artinya:
“Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri, rasa
takut dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang.” [QS. Al A’raaf: 205]
Abu Musa Al Asy’ari ra. berkata, “Rasulullah Saw. bersabda,
“… Hai, manusia! Rendahkanlah hati dan suara kalian! Sesungguhnya kalian
tidak berdo’a kepada yang tuli dan jauh. Namun kalian berdo’a kepada Yang Maha
Mendengar, Maha Melihat lagi Dekat.” Kemudian beliau mendatangiku, ketika aku
sedang mengucapkan, “La haula wa laa quwwata illa billah.” (Tidak ada daya dan
tidak ada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). Rasulullah Saw. berkata kepadaku, ‘Wahai, Abdullah bin Qais! Ucapkanlah, ‘La haula wa la
quwwata illa billah,’ sesungguhnya ia adalah salah satu perbendaharaan surga.’” [HR.
Bukhari (6384), Muslim (92704), Abu Dawud (1526), (1527) dan (1528), At
Tirmidzi (3371), An Nasa`i (5380) dan Ibnu Majah (3824)]
Apabila
Berdo’a dalam Shalat, Maka Jangan Mengangkat Pandangan ke Atas
Abu Hurairah ra. berkata, “Rasulullah Saw. bersabda,
‘Berhentilah mengangkat pandangan ke atas
ketika berdo’a dalam shalat atau mata mereka akan disambar oleh kilat hingga
buta.’” [HR. Muslim (429) dan An Nasa’i dalam Al Mujtaba (3/39)]
Bersungguh-Sungguh
dalam Do’a dan Mengulanginya
Ubai
bin Ka’ab ra. berkata, “Sesungguhnya
Rasulullah Saw.
bersabda,
‘Ya, Allah! Ampunilah umatku. Ya, Allah! Ampunilah umatku. Ya, Allah!
Ampunilah umatku.’” [Potongan
dari hadits yang diriwayatkan dalam Shahih Muslim (82) juga dirawayatkan oleh
Abu ‘Uwanah dalam Musnadnya dan Imam Ahmad juga dalam Musnadnya
(5/127)]
Aisyah ra. berkata, “Rasulullah Saw. bersabda,
‘Jika kalian meminta kepada Allah, maka
perbanyaklah, karena sesungguhnya ia meminta kepada Tuhannya.’” [HR.
Ath Thabrani dalam Al Mu’jam Al Ausath, perawinya sesuai dengan syarat
shahih dan juga diriwayatkan oleh Ibnu Hibban (889)]
Ali ra. berkata, “Pada perang Badar, aku ikut
berperang. Setelah beberapa saat terlibat dalam pertempuran, aku menemui
Rasulullah Saw. untuk melihat apa yang sedang diperbuat oleh beliau. Aku datang dan
mendapatkan beliau sedang bersujud sambil mengucapkan, “Ya Hayyu, Ya Qayyum”
(Maha Berdiri Sendiri lagi Maha Mengurus Makhluk-Makhluk-Nya), maka aku kembali
ke medan perang. Kemudian aku menemui Rasulullah Saw. sekali lagi, ternyata beliau masih dalam keadaan sujud sambil
mengucapkan do’a yang sama. Akhirnya Allah memberikan kemenangan kepada kami.’” [HR.
An Nasa`i (10447) dan Al Hakim dalam Al Mustadrak (1/222)]
Mengusap
Muka setelah Selesai Do’a
“Sesungguhnya Nabi Saw. apabila berdo’a, beliau mengangkat kedua tangannya. Setelah selesai
beliau mengusapkan kedua telapak tangannya ke wajahnya”. [HR.
Abu Dawud (1492)]
Umar bin Al Khattab ra. berkata,
“Rasulullah Saw. apabila mengangkat kedua tangannya dalam do’a, beliau tidak
menurunkannya hingga mengusapkan kedua tangannya ke wajahnya.” [HR.
At Tirmidzi (3386) dia berkata, “Hadits gharib.” Al Hakim dalam Al Mustadrak
(1/536)]
ETIKA DALAM
BERDO’A
Tidak ada komentar:
Posting Komentar