Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Jumat, 21 Juni 2013

ETIKA DALAM BERDO’A

ETIKA DALAM BERDO’A



Etika Do’a
Memulai Do’a dengan pujian kepada Allah Azza wa Jalla dan Shalawat serta Salam Kepada Nabi Muhammad Saw.
Pujian ini dengan tawassul kepada Allah Swt. melalui nama-nama dan sifat-sifat-Nya yang mulia. Apabila kita memperhatikan do’a-do’a yang tertera dalam Al Qur’an dan Sunnah, kita akan mendapatkan bahwa mayoritas do’a dimulai dengan pujian kepada Allah dengan sifat-sifat-Nya yang indah. Di antaranya adalah do’a yang Allah ceritakan kepada hamba-Nya, para Ulil Albab, pada akhir Surat Ali Imraan. Do’a ini dimulai dengan pujian kepada Allah dengan penyucian dan tidak adanya perbuatan yang sia-sia,
"Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” [QS. Ali Imraan: 191]

Di antaranya pula adalah do’a Al Fatihah yang merupakan do’a paling utama. Juga dimulai dengan pujian kepada Allah.
Shalawat kepada Nabi Saw. adalah salah satu bentuk ibadah dan do’a kepada beliau.

Sebaik-baik pujian adalah: “Laa ilaha Illallah”, tahmid, takbir dan beristighfar pada-Nya. Kemudian mengucapkan shalawat kepada Nabi Muhammad Saw.
Pada suatu ketika, Nabi Saw. mendengar seseorang berdo’a dalam shalatnya tidak mengagungkan Tuhan dan tidak membaca shalawat untuknya Saw. Maka Rasulullah Saw. berkata, “Dia terburu-buru,” kemudian Rasulullah Saw. memanggilnya dan berkata kepadanya, “Apabila kalian berdo’a, maka mulailah dengan mengagungkan Tuhan dan memuji-Nya, kemudian bacalah shalawat kepada Nabi Saw. setelah itu berdo’alah sesuai dengan keperluannya.” [HR. Abu Dawud (1481), At Tirmidzi (3473), An Nasa’i (4413), dishahihkan oleh Al Hakim dalam Al Mustadrak (1/231) dan disetujui oleh Imam Adz Dzahabi. Ibnu Hibban juga meriwayatkannya dalam buku Shahihnya (510)]

     Ibnu Al Qayyim berkata, “Apabila seorang yang berdo’a mengumpulkan dalam do’anya kehadiran hati, waktu ijabah (waktu utama dikabulkannya do’a), sikap khusyu’, merendahkan diri di hadapan Tuhan, tunduk kepada-Nya, kelembutan hati, menghadap kiblat, dalam keadaan suci, mengangkat kedua tangannya kepada Allah, memulai dengan memuji kepada Allah dan menyanjung-Nya, kemudian membaca shalawat kepada Rasulullah Saw., mendahulukan taubat dan istighfar sebelum mengungkapkan keperluannya, setelah itu mengungkapkan keperluannya dan bersungguh-sungguh dalam meminta, berdo’a dengan harap dan cemas, bertawassul mempergunakan nama-nama dan sifat-sifat-Nya yang indah sambil mengesakan-Nya dan sebelum melakukan do’a dia telah mendahului dengan mengeluarkan shadaqah, maka do’a seperti ini tidak akan tertolak. Apalagi jika do’a-do’a yang dibaca sesuai dengan yang diajarkan oleh Nabi Saw. dan do’a tersebut adalah do’a yang dekat untuk dikabulkan serta do’a itu mengandung nama Allah yang paling agung.” [Al Jawab Al Kafi, karya Ibnu Al Qayyim]

Ali bin Abi Thalib ra. berkata,
Pada suatu hari aku bersama Rasulullah Saw., Abu Bakar dan beberapa orang sahabat. Kami melewati Abdullah Ibnu Mas’ud yang sedang shalat. Nabi Saw. bertanya, “Siapakah dia?” Ada yang menjawab, “Dia adalah Abdullah Ibnu Mas’ud.” Nabi berkata, “Sesungguhnya Abdullah Ibnu Mas’ud membaca Al Qur’an persis ketika diturunkan.” Maka Abdullah memuji kepada Allah dengan pujian yang sangat baik, kemudian dia meminta dengan permintaan yang sangat indah dan bersungguh-sungguh dalam meminta, kemudian berkata, “Ya, Allah! Aku minta kepada-Mu keimanan yang tanpa keraguan, kenikmatan yang tidak akan habis dan menjadi teman Nabi Muhammad Saw. di tempat tertinggi dalam surga-Mu yang kekal.” Ali berkata, “Rasulullah Saw. bersabda, ‘Mintalah niscaya Allah akan memperkenankan!’” –dua kali- Maka aku berlari untuk memberi kabar gembira kepada Abdullah, namun Abu Bakar telah mendahuluiku. Memang Abu Bakar adalah orang yang paling cepat dalam kebaikan.” [HR. Al Hakim dalam Al Mustadrak (3/317), An Nasa`i (869), At Tirmidzi (592), Ibnu Hibban (7067) dan Imam Ahmad dalam Musnadnya (1/386, 400)]

Mengangkat Kedua Tangan dan Membukanya
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. dalam haditsnya tentang pembebasan kota Mekah,
Sesungguhnya Rasulullah Saw. mendatangi bukit Shafa, lalu beliau mendakinya hingga bisa melihat Ka’bah. Kemudian beliau mengangkat kedua tangannya, memuji Allah dengan pujian yang indah dan berdo’a dengan mengungkapkan keperluan yang beliau kehendaki.” [HR. Muslim (913), Abu Dawud (1195) dan An Nasa`i dalam Al Mujtaba (3/125)]

Ibnu Abbas ra. berkata, “Sesungguhnya Rasulullah Saw. bersabda,
Cara berdo’a adalah dengan mengangkat kedua tanganmu sejajar pundakmu, cara istighfar dengan memberi isyarat dengan satu jari sedangkan cara pujian adalah dengan mengulurkan kedua tanganmu.” [HR. Al Hakim dalam Al Mustadrak (1/536), Abu Dawud (1489) dan Imam Adz Dzahabi menyebutkan hadits ini dalam Talkhishnya]

Amir bin Sa’ad bin Abi Waqqash ra. meriwayatkan dari ayahnya,
Kami bersama Rasulullah Saw. keluar dari Mekah menuju Madinah. Ketika kami hampir sampai di daerah Azura`, beliau turun dari untanya, lalu beliau mengangkat kedua tangannya dan berdo’a beberapa saat lamanya. Kemudian beliau sujud dalam waktu yang cukup lama, setelah itu beliau bangun, mengangkat kedua tangannya sambil berdo’a beberapa saat kemudian sujud lagi.’” [HR. Abu Dawud (2770)]

Istighfar, Taubat dan Mengakui Dosa
Allah Swt. berfirman, artinya:
“Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah dan Rasul pun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” [QS. An Nisaa`: 64]

Allah Swt. berfirman, artinya:
“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengadzab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengadzab mereka, sedang mereka meminta ampun.” [QS. Al Anfaal: 33]

Allah Swt. berfirman, artinya:
“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya.” [QS. Huud: 3]

Saudaraku seiman! Perbanyaklah istighfar setiap waktu, baik malam maupun siang, karena Allah Swt. telah berfirman, artinya:
“Maka aku katakan kepada mereka, ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun- niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan pula di dalamnya sungai-sungai.’” [QS. Nuh: 10-12]

Rasulullah Saw. bersabda, artinya:
Iblis berkata, ‘Demi keagungan-Mu, biarkan aku menyesatkan hamba-hamba-Mu selama ruh mereka masih berada dalam jasad mereka,’ maka Allah Swt. berkata, ‘Demi keagungan-Ku! Aku akan tetap mengampuni mereka selama mereka meminta ampun kepada-Ku.’” [HR. Imam Ahmad (3/29) dan Al Hakim berkata: “Sanadnya shahih”. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ath Thabrani dan Abu Ya’la]

Rasulullah Saw. bersabda, artinya:
Barangsiapa senantiasa membaca istighfar, maka Allah akan menghilangkan kedukaannya, melapangkan kesempitannya dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” [HR. Abu Dawud dalam kitab Shalat, (1518), An Nasa’i (456), Ibnu Majah dalam kitab Al Adab (3819), Al Hakim (1062), dia berkata: “Sanadnya shahih” dan Ath Thabrani juga menyebutkannya dalam Al Mu’jam Al Kabir (10/324)]

Rasulullah Saw. bersabda, artinya:
Barangsiapa yang ingin gembira melihat catatan amal perbuatannya, maka perbanyaklah membaca istighfar.” [HR. Al Baihaqi dengan sanad yang baik dan hadits ini juga diriwayatkan oleh Ath Thabrani dalam AlMu’jam Al Ausath (1/48 – B): “Atiq bin Ya’kub sendirian meriwayatkan hadits ini”. Hadits ini juga disebutkan dalam Majma’uz Zawaid (10/208)]

Abu Hurairah ra. berkata, “Rasulullah Saw. bersabda,
Demi Dzat yang jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya! Seandainya kalian tidak melakukan dosa, niscaya Allah akan menggantikan kalian dengan umat lain yang melakukan dosa. Kemudian mereka meminta ampun kepada Allah maka Allah mengampuni mereka.’” [HR. Muslim (1063) dan dalam Mushannaf Abdurrazak (11/181)]

Rasulullah Saw. biasanya mengulangi do’a dan istighfar sebanyak tiga kali.
Abu Hurairah ra. berkata, “Aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda, artinya:
Sesungguhnya seorang hamba jika melakukan dosa, lalu dia berdo’a, ‘Tuhanku aku telah melakukan dosa, ampunilah aku!’ Maka Tuhan berkata, ‘Hamba-Ku tahu bahwa dia memiliki Tuhan yang mengampuni dosa dan menghukumnya, Aku telah mengampuni hamba-Ku.’ Kemudian dia melakukan aktivitasnya seperti biasa beberapa waktu lamanya. Setelah itu dia melakukan dosa lagi lalu berdo’a, ‘Tuhanku! Aku telah melakukan dosa, ampunilah aku!’ Maka Allah berkata, ‘Hamba-Ku tahu bahwa dia memiliki Tuhan yang mengampuni dosa dan menghukumnya, telah Aku ampuni dosanya.’ Kemudian ia melakukan pekerjaannya seperti biasa beberapa waktu lamanya, setelah itu dia melakukan dosa lagi, lalu berdo’a, ‘Tuhanku! Aku telah melakukan dosa lagi, ampunilah aku!’ Allah berkata, ‘Hamba-Ku tahu bahwa dia memiliki Tuhan yang mengampuni dosa dan menghukumnya. Aku telah mengampuni dosanya untuk ketiga kalinya. Berbuatlah apa saja, Aku tetap membukakan pintu ampunan baginya.’” [HR. Bukhari (7507), Muslim (2758), An Nasa`i (4190) dan Ibnu Sunni (392)]

Merendahkan Diri di Hadapan-Nya dan Melembutkan Suara ketika Berdo’a
Allah Swt. berfirman, artinya:
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat yang sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri. Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras.” [QS. Al An’aam: 42-43]

Allah Swt. berfirman, artinya:
“Berdo'alah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut.” [QS. Al A’raaf: 55]

Allah Swt. berfirman, artinya:
“Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri, rasa takut dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang.” [QS. Al A’raaf: 205]

Abu Musa Al Asy’ari ra. berkata, “Rasulullah Saw. bersabda,
Hai, manusia! Rendahkanlah hati dan suara kalian! Sesungguhnya kalian tidak berdo’a kepada yang tuli dan jauh. Namun kalian berdo’a kepada Yang Maha Mendengar, Maha Melihat lagi Dekat.” Kemudian beliau mendatangiku, ketika aku sedang mengucapkan, “La haula wa laa quwwata illa billah.” (Tidak ada daya dan tidak ada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). Rasulullah Saw. berkata kepadaku, ‘Wahai, Abdullah bin Qais! Ucapkanlah, ‘La haula wa la quwwata illa billah,’ sesungguhnya ia adalah salah satu perbendaharaan surga.’” [HR. Bukhari (6384), Muslim (92704), Abu Dawud (1526), (1527) dan (1528), At Tirmidzi (3371), An Nasa`i (5380) dan Ibnu Majah (3824)]

Apabila Berdo’a dalam Shalat, Maka Jangan Mengangkat Pandangan ke Atas
Abu Hurairah ra. berkata, “Rasulullah Saw. bersabda,
Berhentilah mengangkat pandangan ke atas ketika berdo’a dalam shalat atau mata mereka akan disambar oleh kilat hingga buta.’” [HR. Muslim (429) dan An Nasa’i dalam Al Mujtaba (3/39)]

Bersungguh-Sungguh dalam Do’a dan Mengulanginya
      Ubai bin Ka’ab ra. berkata, “Sesungguhnya Rasulullah Saw. bersabda,
‘Ya, Allah! Ampunilah umatku. Ya, Allah! Ampunilah umatku. Ya, Allah! Ampunilah umatku.’” [Potongan dari hadits yang diriwayatkan dalam Shahih Muslim (82) juga dirawayatkan oleh Abu ‘Uwanah dalam Musnadnya dan Imam Ahmad juga dalam Musnadnya (5/127)]

Aisyah ra. berkata, “Rasulullah Saw. bersabda,
Jika kalian meminta kepada Allah, maka perbanyaklah, karena sesungguhnya ia meminta kepada Tuhannya.’” [HR. Ath Thabrani dalam Al Mu’jam Al Ausath, perawinya sesuai dengan syarat shahih dan juga diriwayatkan oleh Ibnu Hibban (889)]

Ali ra. berkata, “Pada perang Badar, aku ikut berperang. Setelah beberapa saat terlibat dalam pertempuran, aku menemui Rasulullah Saw. untuk melihat apa yang sedang diperbuat oleh beliau. Aku datang dan mendapatkan beliau sedang bersujud sambil mengucapkan, “Ya Hayyu, Ya Qayyum” (Maha Berdiri Sendiri lagi Maha Mengurus Makhluk-Makhluk-Nya), maka aku kembali ke medan perang. Kemudian aku menemui Rasulullah Saw. sekali lagi, ternyata beliau masih dalam keadaan sujud sambil mengucapkan do’a yang sama. Akhirnya Allah memberikan kemenangan kepada kami.’” [HR. An Nasa`i (10447) dan Al Hakim dalam Al Mustadrak (1/222)]

Mengusap Muka setelah Selesai Do’a
Sesungguhnya Nabi Saw. apabila berdo’a, beliau mengangkat kedua tangannya. Setelah selesai beliau mengusapkan kedua telapak tangannya ke wajahnya”. [HR. Abu Dawud (1492)]

Umar bin Al Khattab ra. berkata,
Rasulullah Saw. apabila mengangkat kedua tangannya dalam do’a, beliau tidak menurunkannya hingga mengusapkan kedua tangannya ke wajahnya.” [HR. At Tirmidzi (3386) dia berkata, “Hadits gharib.” Al Hakim dalam Al Mustadrak (1/536)]

ETIKA DALAM BERDO’A

DOWNLOAD BUKU: PENJAWAB SEMUA DO’A

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam