Fitnah Tuduhan
Melawan Syari’at Islam Menolak Syariah
MENJAWAB TUDUHAN
MIRING TERHADAP SYARI’AT ISLAM
Segala
puji bagi Alloh, Tuhan Pencipta bumi, langit dan isinya, Tuhan Maha mengatur
alam, manusia dan kehidupan. Sholatan wa salaman atas Nabi Muhammad, saw.
Kepada shahabatnya, dan pengikut jejak langkah da’wahnya. (Makalah ini saya tulis tidak
menggunakan pendekatan metode ilmiah namun dengan pendekatan analisis (Jurnalism
approach), untuk lebih memudahkan
pemahaman para pembaca)
Tuduhan
miring tentang Syari’at Islam yang datang dari berbagai
kalangan: kafirin, munafiqiin, zalimiin maupun manusia yang ditokohkan
dalam kelompoknya dengan predikat kyai haji, ulama, atau cendikiawan, itu
adalah merupakan sunnatuloh yang telah terjadi semenjak dimulainya perjuangan
Islam oleh Rosululloh, saw. Hingga sekarang dan akan terjadi di masa yang akan
datang. Hal itu dimaksudkan agar jelas dan nyata antara yang haq dan bathil,
yang halal dan haram, yang iman dan syirik, yang muslim dan yang kafir.
Ada
orang yang mengatakan “Kalau Syari’at Islam ditegakkan di negeri ini, maka
akan terjadi disintegrasi bangsa” itu sangatlah wajar bagi akal manusia
yang berada pada alam jahiliyah, karena mereka belum memahami hukum wajibnya
menegakkan Syari’ah Islam, baik secara aqidah maupun syri’ah.
Dan
dari kalangan
tokoh Islam dari kalangan politisi sendiri yang mengatakan “Jika Syari’at
Islam ditegakkan di negeri ini, berarti bangsa ini mundur ratusan tahun ke belakang”
peryataan itu masuk akal bagi para pemilik akal yang berada pada kungkungan
alam jahiliyah.
Dan ada
tokoh politik dari partai berbasis Muslim
mengatakan: “Di negeri ini tidak mungkin ditegakkan Syari’ah
Islam, karena masyarakatnya,
masyarakat pluralis” itu merupakan pendapat rasional bagi mereka yang
di negeri ini lebih mencintai dunia daripada kebenaran Alloh yang adil dan
benar secara hakiki.
Ada
seorang cendikiawan berpendapat: “Jika ada kelompok yang memaksakan kehendak
untuk menegakkan Syari’at Islam, namanya orang gila” itu memang lumrah
karena yang berkata memang orang yang termasuk tidak memiliki akal dan enggan
menggunakan akalnya untuk berfikir dan memahami tentang tata aturan dan hukum
Alloh yang Maha benar.
Ada
tokoh partai, yang partainya berasas Islam dan katanya hendak
memperjuangkan tegaknya Syari’at Islam, namun melontarkan tuduhan miring,
bahwa: “Bagaimana mungkin Syari’at Islam itu tegak, nanti akan sulit bagi
umat Islam, mobil, taksi dan fasilitas umum saja
masih milik orang kafir,”
alangkah kerdil pemikiran dan pemahaman orang yang demikian tentang Syari’at
Islam. Orang itu juga berpendapat: ”bahwa tegaknya Syari’at Islam melalui
tegaknya Daulah Khilafah adalah hal yang mustahil”. Mengapa demikian?
Karena belum memahami Islam secara utuh. Artinya Islam yang dianut hanya
sebatas spiritual, belum sampai akalnya untuk memahami
Islam sebagai ideologi yang sempurna.
Akhir-akhir
ini, ada anak muda yang baru usia kurang dari 30 tahun, ia sekarang telah
dijadikan tokoh kampusnya, ia lulusan fakultas Syari’ah (Syari’ah Islam
tentunya) di sebuah perguruan Tinggi Islam di Jakarta, ia mengatakan: “Dalam
Al-Quran tidak ada satu potong ayatpun yang menyebutkan Syari’at Islam, kok
menyeru
harus menegakkan Syari’at Islam”, apalagi di bawah
naungan negara Khilafah. Dia dijadikan tokoh dan cendikiawan muda yang
diagungkan karena berani memiringkan ayat-ayat Al-Quran. Bukan hanya dia,
banyak lahir doktor dan profesor dari hasil memiringkan Syari’at Islam dan
menolak ayat-ayat Al-Quran yang berkenaan dengan hukum Islam. Dampak yang
terjadi akhir-akhir ini telah lahir demonstrasi
gerakan anti jilbab, karena Jilbab telah memasung kebebasan kaum wanita dalam
berbusana. (Wawancara di media cetak,
pernyataan di forum diskusi dari Tokoh organisasi Islam, Partai Islam dan
Aktivis kampus Islam tahun 2002 yang dihimpun oleh Pengasuh Rujukan Tabloid
Mingguan Jurnal Islam).
Orang
yang sudah terlanjur memiliki pemikiran yang miring ketika menghadapi sebagian
dari kaum muslimin yang menyerukan hukum wajibnya menegakkan Syari’ah Islam, akan
semakin miring tentang Syari’ah Islam, mereka
sejatinya orang-orang yang tidak memiliki jalan menuju iman. Kalau mereka
beriman, iman mereka semu, samar, bahkan ikut-ikutan (taqlid) padahal
imannya orang yang taqlid tidak sah. Maka ketika menghadapi gerakkan penegakkan
Syari’ah Islam, sementara kesenangan hawa nafsunya terancam, maka Ghorizatul
baqo (naluri mempertahankan diri)
muncul. Mereka akan mengerahkan segala potensi pemikirannya untuk menangkal
pemikiran yang shoheh tentang tegaknya Syari’at Islam, baik dengan manufer
pernyataan politik, konferensi press, berdalil yang tidak jelas asal-usulnya
dalil
… mengerahkan masa melalui politik penyesatan (tadhilul ummat
Iis-siyasah) dan manuver politik
pembohongan umat (takdzibul ummat Iis-siyasah) demi kelestarian
kesenangan yang selama ini dinikmati hawa nafsunya. Prinsip mempertahankan diri
seperti itu tidak ubahnya seperti prinsip binatang yang kapan saja dapat saling
berhantam dan saling bunuh
membunuh dengan sesama teman sendiri dalam kandangnya sendiri.
Ketika
Nabi,saw. menyampaikan da’wah di tengah gemerlapnya kehidupan Jahiliyah di Mekah, ketika Abu Lahab, Abu
Jahal dan konco-konconya sedang memuaskan diri, hidup dalam kesenangan hawa
nafsu yang tidak mengenal haq dan
bathil, halal dan haram, mukmin
dan musryik, tiba-tiba muncul sosok manusia yang menyampaikan pemikiran yang
mencela tata kehidupan mereka mengadakan gerakan yang berlawanan dengan pemikiran,
pemahaman dan perilaku mereka, maka Nabi SAW, Langsung
dicap sebagai orang ayan, orang gila dan tuduhan-tuduhan miring lainnya
yang pada prinsipnya menolak Islam tanpa kompromi. Bukti lain, ketika Muhammad
SAW belum memiliki predikat kenabian,
bangsa Arab senang kepada beliau, karena beliau adalah
anak muda yang jujur, cerdas dan terpercaya serta lahir dari kalangan bangsawan
Quraisy. Namun ketika beliau tiba-tiba mengaku Nabi utusan Alloh,
yang menyampaikan ajaran baru (Islam) dihadapan mereka, maka spontanitas,
puji-pujian kepribadian berbalik menjadi cacian dan hinaan seperti tuduhan
miring kepadanya sebagai orang gila (majnun) dan tuduhan miring lainnya. (Baca QS,
Al-Qolam: 1-4)
Ketika
manusia hidup di alam demokrasi yang diracuni oleh pemikiran kapitalis, maka
akan membentuk komunitas jahiliyah abad baru yang memiliki pemikiran,
pemahaman, dan perilaku yang sama dengan jahiliyah masa kenabian, sama-sama
memiliki pemiiran yang miring terhadap Islam. Bagaimana dengan pikiran
demokrasi sekarang ini? Bagaimana dengan komunitas manusia yang telah memiliki
hati nurani kapitalis? Mereka sama dengan jahiliyah
dahulu, yang berbeda hanya kurun dimensi tata pemikiran dan karakter peradaban
saja.
Hal itu
seperti yang dikatakan Juru bicara Hizbut Tahrir pada wawancara dengan Tabloid
Jurnal Islam, edisi 69 9-15 November 2001 bahwa: “Yang menolak Syari’at
Islam, tidak pantas menyebut dirinya muslim”.
Pernyataan-pernyataan di atas,
fakta yang pernah dihimpun media masa terutama media yang pro dan kontra terhadap
Syari’ah Islam, termasuk yang saya himpun melalui Tabloid Jurnal. Bagaimana
pendapat kaum muslimin jika menghadapi manusia yang berpendapat demikian?
Sedangkan mereka masih mengaku muslim, bahkan ditokohkan oleh kebanyakan orang
Islam.
Bagi kaum muslimin yang telah
memiliki iman yang dalam dan perasaan yang yakin tentang
alloh SWT sebagai pencipta dan Pengatur alam, manusia dan tata kehidupan ini,
akan berkomentar bahwa siapapun predikatnya, yang mengatakan dan berpendapat
miring terhadap tegaknya Syari’at islam, maka orang tersebut bukan seorang
mukmin (yang beriman). Karena orang yang beriman dengan baik dan benar dan
menjadi muslim yang konsekwen akan mengambil konsekwensi logis, yaitu dirinya
memiliki kewajiban untuk memperjuangkan, melaksanakan dan mempertahankan
tegaknya Syari’at islam.
Orang
yang memiliki keimanan yang dalam dan perasaan yang yakin akan adanya Alloh SWT
yang maha pencipta bumi, langit dan seisinya yang ada di antara
keduanya dan Tuhan yang Maha mengatur dengan hukumnya, maka orang tersebut
sepakat dengan benar tentang apa yang diungkapkan oleh Syaikh
Taqiyyuddin sebagai berikut:
“Islam
sebagai ideologi bagi tegaknya daulah, masyarakat dan kehidupan. Islam
menjadikan antara negara dan hukum adalah satu bagian. Islam menyeru kaum muslimin
untuk menegakkan negara dan hukum. Dan kaum muslimin diseru untuk menegakkan
negara dan hukum. Dan kaum muslimin diseru untuk menghukumi dengan hukum Islam
(Syari’at Islam)” (Nidzomul Hukmi fil Islami: 13) …
Fitnah Tuduhan Melawan Syari’at Islam Menolak Syariah
MENJAWAB TUDUHAN MIRING TERHADAP SYARI’AT ISLAM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar