Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Rabu, 27 Maret 2013

Beriman Kepada Perkara Hal yang Ghaib

Beriman Kepada Perkara Hal yang Ghaib



al-Baqarah [2]: 3
“Yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan sholat dan menafkahkan sebagian rizki yang kami anugerahkan kepada mereka”

Ciri-ciri orang yang bertaqwa adalah:
Beriman kepada yang ghaib
Alghoibu: Segala sesuatu yang tidak terjangkau Ind
era
Secara bahasa: Segala sesuatu yang tidak nampak ind
era dan segala sesuatu yang tertutupi.

Yang punya akal itu manusia (sehingga dapat memikirkan sesuatu), padahal manusia itu tidak bsia menyimpulkan kalau sesuatu itu tidak terungkap oleh ind
era. Indera kita bagaikan jendela. Dan faktanya indera manusia itu terbatas.

Hal ini (terbatasnya ind
era manusia) ada hikmahnya, menunjukkan betapa lemahnya kita, betapa terbatasnya kita. Sehingga kita tidak perlu untuk menyombongkan diri, karena bagaimanapun kuatnya kita, bagaiamanapun pandainya kita, kita masih kecil di hadapan Allah, kita tidak kekal dan kita serba terbatas.

Ind
era manusia begitu terbatasnya, padahal perkara yang ghaib itu lebih banyak daripada yang nampak. Penganut paham materialisme adalah orang-orang yang hanya meyakini hal-hal yang nyata, dia hanya memikirkan segala sesuatu secara ilmiah dan terbatas yang bisa diindera oleh akalnya.

Iman kepada Allah, Malaikat,
Surga, Neraka, Hari Kebangkitan, Al-Qur’an

Hadits Ubaidah bin Jarroh:
Wahai Rosulull
oh apakah ada orang yang lebih baik dari kami, kami beriman dan berjihad besama engkau? Kemudian Rosululloh menjawab, “Ya”, kemudian para sahabat bertanya kembali, “siapakah mereka?” Rosululloh kemudian menjawab “Kaum sesudah kalian, mereka beriman kepadaku padahal mereka tidak melihatku

Hadits dari Muadz bin Jabbal
Apakah ada kaum yang lebih besar pahalanya dari kami?, kami
beriman dan mentaati perintah Allah, kemudian Rosululloh berkata, “apa yang mencegah kamu dari itu, padahal Rosululloh ada di tengahmu. Kaum setelah ini, mereka diberi kitab (Al-Qur’an) dan mereka mengimaninya

Kalau dibandingkan
dengan para sahabat dahulu kita jauh berbeda, meski kita sama-sama Mu’min, namun dari segi kualitas sangat berbeda sekali. Pernah ada cerita, bahwasannya Handolah bercerita kepada Abu Bakar bahwasannya dia merasa telah berbuat nifaq karena dia merasa bahwa ketika di depan Rosulullah ingat akan Islam, dsb. Namun ketika bersama anak dan istri terasa lain.

Kita bisa bayangkan, mereka sholat di ka’bah, mengkaji Islam bersama Rosulull
oh Saw., jelas lain dengan kita saat ini. Kondisi kita jauh berbeda dengan kondisi para sahabat dulu, sehingga hal ini berpengaruh sekali pada output yang dihasilkan. Dari segi semangat, tsaqofah, kepribadian kita jauh beda dengan para sahabat.

Mengapa demikian?, secara umum manusia itu lebih mudah mengimani hal-hal yang nyata daripada hal yang ghaib. Ya contoh simpel saja. Di negeri bersistem kufur ini, meski mayoritas penduduknya adalah muslim, namun jangan heran korupsi nomer satu di dunia dan suap menyuap sudah menjadi hal yang sangat biasa sekali. Dalam sistem kufur, banyak orang yang lebih “mentaati” harta benda daripada Islam.

Di dunia begitu banyak hal-hal yang menggiurkan, banyak orang yang lebih tertarik mengambil sistem sesat demokrasi daripada Sistem Islam, banyak orang yang lebih memilih tetap pada kondisi
sistem kehidupan sesat seperti ini daripada memperjuangkan Islam dan melanjutkan kehidupan Islam. Maka semua ini butuh perjuangan, maka wajar kalau Allah memberikan pahala yang lebih besar kalau kita bisa menjalankannya.

Mendirikan Sholat

Untuk mengartikan sholat ini tidak hanya dari segi bahasa yang berarti Do’a, namun dia punya makna syar’
i dan kita harus mengambil makna syar’i nya. Menegakkan sholat berarti, menjaga waktu-waktu sholat, wudhu’nya, rukuknya, sujudnya dst.

Menafkahkan sebagian rizki

Ibnu Abbas menyatakan: Zakat harta mereka
Assuda’ dari Ibnu abbas & Ibnu Mas’ud : Nafkahnya seorang suami kepada istri dan anak-anaknya.
Jadi nafkah di
sini ini dalam artian umum, yaitu bisa zakat yang wajib dan yang sunnah (shodaqoh, infaq, hadiah dll)

Semua amalan kita di dunia nantinya akan dapat balasan di akherat. Dalam Islam cara memandang kehidupan sangat berbeda dengan paham sekularisme yang memisahkan agama dengan kehidupan.

Alqur’an tidak menjelaskan tata cara teknologi, namun menjelaskan masalah aqidah dan syari’at.

Syari’at Islam ada yang harus ditujukan untuk dilakukan oleh negara Islam/ Khilafah, seperti pelaksanaan hukum pidana, pemeliharaan urusan ummat. Padahal kita ketahui bahwasannya syari’at-syari’at itu wajib dilaksanakan. Maka sekarang ini kewajiban kita untuk mendirikan institusi negara Islam agar semua aturan Islam dapat terlaksana semuanya, tidak seperti saat ini. Dan hal ini bukan hal yang sepele dan mudah, memang untuk memperjuangkanya kita harus bersama-sama (berjamaah).

Resep mengimani hal-hal yang ghaib

Sebelumnya, kita harus memperjelas dulu hal yang ghaib ini. Tidak semua hal yang tidak kelihatan lantas kita imani. Jadi yang boleh diimani itu adalah sesuatu yang tidak keliahatan namun dia ada ditunjukkan dalam Alqur’an, kalau ternyata dia tidak ada (se
perti paham atheis materialisme, teori evolusi) kita tidak boleh mengimaninya.

Bagaimana agar keimanan kita benar?
Manusia dalam mengimani sesuatu ada dua macam:

- Mengindera langsung
- Sesuatu yang tidak terindera namun bisa dijangkau dengan akal, misalkan: jika ada jejak ban mobil pasti ada yang membuat jejak itu, ada menara berarti ada yang membuat menara itu. Ada susunan batu bata yang rapi berarti ada yang menyusun, tidak mungkin kebetulan.

Iman kepada Allah bisa dijangkau dengan akal, dibuktikan dengan adanya alam semesta ini dengan segenap pengaturannya. Namun ada sesuatu yang ghoib itu ada yang tidak bisa dijangkau dengan akal, maka butuh suatu informasi.

Kita percaya dan tidak tergantung pembawa
berita. Dan Alqur’an itu kalau kita sudah meyakini bahwasannya dia kalamullah maka kita akan yakin dengan segenap keyakinan bahwa isi alqur’an pasti benar adanya. Untuk mendapatkan keimanan yang kuat kita harus menggunakan akal sehingga benar-benar yakin sebagaimana Nab Ibrahim (jangan iman warisan).

Banyak ayat-ayat al
-Quran yang menyebutkan tentang pahala-pahala, jika seseorang melakukan kewajiban yang diperintahkan Allah maka surgalah imbalannya. Hal ini suatu penawaran dari Allah, maka kita boleh mencarinya. Apa yang ditawarkan tentunya akan kita cari, malah akan bertentangan kalau kita tidak mencarinya. Allah meridhoi kita mencari pahala, dan takut akan neraka adalah suatu hal yang diperintahkan oleh Allah.

Beriman Kepada Perkara Hal yang Ghaib

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam