Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Kamis, 24 Mei 2018

Kehidupan Islam – Daulah ISLAM


KEHIDUPAN DI MADINAH

Islam memiliki metode kehidupan yang unik. Metode itu dihasilkan dari kumpulan pemahaman Islam tentang kehidupan. Metode tersebut tiada lain adalah peradaban (hadharah) Islam yang berbeda dengan peradaban dunia dan bertentangan dengan berbagai peradaban lainnya.

Metode Islam dalam kehidupan dibangun atas tiga prinsip. Pertama, asas yang mendasarinya adalah akidah Islam. Kedua, tolok ukur perbuatan dalam kehidupan adalah perintah-perintah dan larangan-larangan Allah. Dengan kata lain, gambaran kehidupan dalam pandangan Islam adalah halal dan haram. Ketiga, makna kebahagiaan dalam pandangan Islam adalah menggapai ridha Allah. Dengan kata lain, kebahagiaan adalah ketenangan yang abadi, yang tidak akan tercapai kecuali dengan menggapai ridha Allah. Inilah metode Islam dalam kehidupan. Ini adalah kehidupan yang dijalani kaum Muslim, di mana mereka berusaha dengan sungguh-sungguh untuk meraihnya serta berjalan dalam manhajnya.

Supaya kaum Muslim dapat mempertahankan kehidupan ini, maka mereka harus mempunyai negara yang akan menerapkan Islam dan melaksanakan hukum-hukumnya. Ketika kaum Muslim hijrah ke Madinah, mereka memulai hidupnya dalam pola kehidupan yang unik, yang berasaskan akidah Islam.

Ayat-ayat yang mulia mulai turun untuk menjelaskan hukum Allah dalam muamalah dan uqubat, juga tentang ibadah yang selama ini belum diturunkan. Zakat dan puasa diwajibkan pada tahun kedua Hijriyah termasuk disyari’atkannya adzan pada tahun yang sama. Sehingga seluruh penduduk Madinah setiap hari mendengar lima kali seruan untuk shalat yang dikumandangkan secara tartil dan bagus dengan suara serak basah nan indah yang disajikan oleh Bilal bin Rabbah seiring hembusan angin yang bertiup ke segala penjuru. Kaum muslimin selalu memenuhi seruan untuk menunaikan shalat tersebut. Belum genap 17 bulan Rasul tinggal di Madinah, maka terjadilah perubahan arah kiblat ke Ka’bah.

Turun pula ayat-ayat hukum secara berturut-turut mengenai ibadah, makanan, akhlak, muamalah dan uqubat. Maka turunlah ayat-ayat yang mengharamkan khamar dan daging babi, seperti halnya turun pula ayat-ayat tentang hudud, jinayat, jual-beli, pengharaman riba dan lainnya. Ayat-ayat hukum turun secara berturut-turut untuk memecahkan berbagai problematika kehidupan, sementara itu Rasul saw memberikan rincian dan penjelasannya. Beliau pula yang memenuhi berbagai kemaslahatan manusia, memutuskan persengketaan-persengketaan di antara mereka, mengatur kepentingan-kepentingan mereka, mengelola urusan-urusan mereka dan menyelesaikan berbagai problematika mereka.

Semua itu dilakukan Nabi saw dengan ucapan-ucapannya dalam perbincangan bersama mereka, dengan perbuatan-perbuatan yang beliau lakukan sendiri dan dengan diamnya beliau terhadap perbuatanperbuatan yang terjadi di hadapannya. Ucapan, perbuatan, dan diamnya Rasul adalah syari’at, karena beliau tidak pernah berbicara dari hawa nafsu melainkan seluruhnya adalah wahyu yang disampaikan kepadanya.

Kehidupan di Madinah terus berjalan dalam metode tersebut dan sesuai dengan arah pandangan tertentu yaitu arah pandangan Islam. Terwujudlah masyarakat Islam yang khas dalam segala hal yang dikendalikan oleh pemikiran dan perasaan Islami yang diterapkan di dalamnya sistem Islam terhadap seluruh umat manusia dalam muamalah
dan seluruh interaksi mereka.

Hati Rasul saw menjadi tenang dengan segala keberhasilan yang telah dicapai oleh dakwah. Kaum Muslim juga menjadi tenang dalam agama mereka dan menjalankan kewajiban-kewajiban mereka, kadang secara bersama-sama dan kadang secara sendiri-sendiri. Mereka tidak khawatir terhadap penderitaan dan tidak takut fitnah. Merekamenyelesaikan berbagai urusan dengan hukum-hukum Allah dan mengembalikan apa-apa yang belum mereka ketahui kepada Rasulullah.

Mereka tidak melakukan perbuatan apapun, kecil maupun besar, kecuali disesuaikan dengan perintah-perintah Allah. Mereka menjauhkan diri dari segala hal yang dilarang Allah. Mereka merasakan kebahagiaan, sehingga jiwa mereka tentram. Kebanyakan mereka senantiasa menyertai Rasulullah saw agar dapat mempelajari hukum-hukum Allah, menghapalkan ayat-ayat Allah, memperoleh Al-Quran darinya dan membentuk tsaqafah di hadapan beliau secara langsung. Hal ini menjadikan Islam semakin tersebar luas dan kaum muslimin pun setiap hari semakin meningkat kekuatan dan daya tahannya.
…………………………………………………………………………..
An-Nabhani, Taqiyuddin
Daulah Islam/Taqiyuddin An-Nabhani; Penerjemah, Umar Faruq; Penyunting, Tim
HTI-Press. Jakarta: Hizbut Tahrir Indonesia, 2009
Judul Asli: Ad-Daulah Al-Islamiyah
Penerbit: Daar al-Ummah
Pengarang: Taqiyuddin An-Nabhani
Cetakan 7, Tahun 1423 H/2002 M

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam