Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Senin, 06 April 2015

Bagaimana Cara Mendidik Anak Memelihara Sholat



Q.S. Al-Mukminun: 9-11
وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ
أُولَئِكَ هُمُ الْوَارِثُونَ
الَّذِينَ يَرِثُونَ الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
“dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi Surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.”

Q.S. Al-Ma`aarij [70]: 34-35
وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلاتِهِمْ يُحَافِظُونَ
أُولَئِكَ فِي جَنَّاتٍ مُكْرَمُونَ
“Dan orang-orang yang memelihara shalatnya. Mereka itu (kekal) di Syurga lagi dimuliakan.”

Keutamaan sholat wajib 5 waktu
      Barangsiapa menjaga shalatnya, niscaya dimuliakan oleh Allah dengan 5 kemuliaan:
     Allah menghilangkan kesempitan hidupnya
     Allah menghilangkan siksa kubur darinya
     Allah akan memberikan buku catatan amalnya dengan tangan kanannya
     Dia akan melewati sirath secepat kilat
     Akan masuk Surga tanpa hisab

      Dan barangsiapa yang menyepelekan sholat, niscaya Allah akan mengazabnya dengan 15 kali siksaan:
     6 siksa di dunia
     3 siksaan ketika mati
     3 siksaan ketika masuk liang kubur
     3 siksa ketika bertemu dengan Tuhannya (Akhirat)

6 siksa di dunia karena melalaikan sholat
• Dicabut keberkahan umurnya
• Dihapus tanda orang soleh dari wajahnya
• Setiap amalan yang dikerjakan, tidak diberi pahala oleh Allah
• Tidak diterima do`anya
• Tidak termasuk bagian dari do`anya orang-orang soleh
• Keluar ruhnya (mati) tanpa membawa iman

3 siksaan ketika mati disebabkan mengabaikan shalat
• Mati dalam keadaan hina
• Mati dalam keadaan lapar
• Mati dalam keadaan haus, yang seandainya diberikan semua air laut, tidak akan menghilangkan rasa hausnya.

3 siksaan ketika masuk liang kubur dikarenakan menyepelekan sholat
      Allah menyempitkan liang kuburnya, sehingga bersilang tulang rusuknya
      Tubuhnya dipanggang di atas bara api siang dan malam
      Di dalam kuburnya terdapat ular yang bernama suja`ul aqro` yang akan menerkamnya karena menyia-nyiakan sholatnya. Ular itu akan menyiksanya yang lamanya sesuai dengan waktu shalat

3 siksa ketika bertemu dengan Tuhannya (Akhirat) karena tidak menjaga shalat
• Ketika langit terbuka, malaikat datang kepadanya dengan membawa rantai. Rantai itu digantungkan di lehernya, kemudian dimasukkan ke dalam mulutnya dan keluar dari duburnya. Lalu malaikat mengumumkan: “ini adalah balasan bagi orang yang menyepelekan perintah Allah”
• Allah tidak memandang kepadanya dengan pandangan kasih sayangNya
• Allah tidak mensucikannya dan baginya siksa yang pedih

Siksa yang pedih sebab tidak memelihara sholat
• Menjadi hitam pada hari kiamat wajah orang yang meninggalkan shalat, dan sesungguhnya dalam Neraka jahannam, terdapat jurang yang disebut ‘lam-lam’.
• Di dalamnya terdapat banyak ular, setiap ular itu sebesar leher unta, panjangnya sepanjang perjalanan sebulan
• Ular itu menyengat sampai mendidih bisanya dalam tubuh orang itu selama 70 tahun kemudian membusuk dagingnya

MENGAJAK ANAK MENJAGA SHALAT, SULIT TAPI BISA
      Menteri Agama Suryadharma Ali prihatin hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI). kaum muda Islam Indonesia yang salat lima waktu hanya sedikit (Pos Kota, 15/6/2011). Yang selalu menunaikan shalat lima waktu hanya 28,7 persen, sedang yang sering shalat lima waktu hanya sebesar 30,2 persen.

      Keprihatinan yang sangat beralasan. Negeri Indonesia: jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, muslim ‘abangan’. Jika shalat saja tak dilakukan, apalagi kewajiban-kewajiban agama lainnya. Tawuran, kenakalan, kekerasan, pergaulan bebas, miras dan obat terlarang. hubungan antara potret buram generasi negeri ini dengan jauhnya mereka dari tuntunan agama. Seandainya mereka shalat secara rutin dan benar:
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya daripada ibadah-ibadah lainnya). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (TQS al Ankabut [29]: 45)

      Bertanggung jawab: Imam/Khalifah beserta jajarannya sebagai penguasa yang sah yang dibai’at untuk menerapkan sistem Syariah Islam (kewajiban adanya Khilafah belum tertunaikan hingga saat ini), masyarakat/umat, Orangtua. Adapun sebagai orang tua, apa yang bisa dilakukan?

Peran Orang Tua dalam Menanamkan Kewajiban Shalat
      Orangtua harus tanamkan pemahaman tentang kewajiban shalat sejak dini. Ini bekal sampai dewasa. Jauh dari nista dunia dan azab Akhirat. Mungkinkah semua orang tua bisa melakukannya? Jika sulit maka harus sungguh-sungguh.
     merencanakan semua upaya dengan matang
     berusaha merealisasikannya dengan sekuat tenaga
     tak kenal putus asa
     bertawakal sepenuhnya kepada Allah terhadap seluruh hasilnya

      Adalah masalah klasik yang hampir semua orangtua terutama para ibu mengeluhkannya. Tak jarang ada yang malah menyerah dan membiarkan putra putrinya tidak menjalankan kewajiban shalatnya. Tidak boleh dan tidak pantas menyerah. Sebagai orang yang sangat menyayangi mereka, tentu kita tak ingin mereka mendapatkan murka Allah dan adzabNya yang sangat pedih sebagai akibat dari keengganan mereka melaksanakan kewajiban shalat. Kita juga tidak ingin dapat dosa karena berhenti menasihati dan berdakwah pada mereka. Karenanya, kita wajib menyelamatkan mereka. Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka” (TQS At Tahrim [66]: 6)

      Karena dorongan cinta dan dilakukan dengan penuh cinta. Perasaan cinta serta sesuai dengan syariah mendorong kita menjauhkan putra putri kita dari siksa api Neraka. Kecintaan yang mendorong kita mengajak putra putri kita dengan lemah lembut, sabar dan dengan kasih sayang, bukan dengan tindakan kasar, celaan dan makian penuh kebencian yang melanggar syariah.

Berikut ini adalah langkah-langkah yang seharusnya dilakukan orangtua agar anak menjaga shalatnya :
      Menanamkan Akidah Yang Kokoh dan Keterikatan Terhadap Hukum Syara
      Membiasakan Anak Menunaikan Shalat
      Menganalisa Penyebab Anak Tak Mau Shalat dan Mencari Solusinya
      Komunikasi yang santun, efektif dan tepat sasaran
      Melakukan kerjasama dengan seluruh pihak yang memiliki kaitan dengan anak

Menanamkan Akidah Yang Kokoh dan Keterikatan Terhadap Hukum Syara
      Menanamkan akidah yang kokoh adalah tugas utama orangtua. “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Ibu dan bapaknyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau majusi” (H.R. al Bukhari)

      Tujuan penanaman akidah adalah agar anak mengenal betul siapa Penciptanya, juga Pencipta alam semesta dan seluruh isinya agar kelak ia senantiasa menjadi orang yang bertakwa dan hanya mengabdi kepada Sang Pencipta yaitu Allah SWT. Kita harus mengarahkan mereka agar memiliki visi dan misi hidup untuk beribadah (lihat Q.S. adz Dzaariat [51]: 56).

      Anak diajak untuk memahami bahwa hidup di dunia tidak akan selamanya, suatu saat kita akan kembali kepada Allah Sang Maha Pencipta untuk mempertanggungjawabkan semua yang sudah kita lakukan di dunia. Karenanya, kita harus beriman kepada Allah dan mentaati seluruh aturannya supaya kelak di Akhirat mendapatkan kebahagiaan yang abadi (lihat Q.S. Al-Baqarah[2]:21,22,25,28,29). Alhasil, anak selalu didorong untuk selalu mengutamakan dan mengejar kehidupan Akhirat (lihat QS Al Qashash [28] : 77).

      Penanaman akidah yang kokoh sejak anak usia dini, adalah kunci keberhasilan mengajak anak menjaga shalatnya. Upaya ini harus dibangun dengan melalui proses pemahaman sehingga anak tidak merasa dipaksa melakukan shalat, dan menjadikan shalat sebagai prioritas dalam kehidupannya .

Membiasakan Anak Menunaikan Shalat
      Sangat penting bagi setiap orangtua membiasakan dan melatih anak agar menunaikan ibadah terutama shalat fardhu, seiring dengan pembinaan akidah dalam diri anak sejak usia dini. Sebab, pembinaan dan pembiasaan ibadah itu dapat menyempurnakan bangunan akidah dalam diri anak. Masa anak-anak (sebelum baligh) adalah tahap persiapan, pembelajaran dan pembiasaan untuk sampai pada tahapan taklif pada saat ia baligh. Dengan itu, ia akan mudah menunaikan berbagai kewajiban syariah, termasuk shalat. Allah Swt. berfirman:
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا
Perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengajarkannya” (TQS Thaha [20]:132)

      Untuk keberhasilan proses pembiasaan shalat ini, kita bisa melakukan tiga tahapan berikut:
     Tahapan Mengajak dan Melatih
     Tahapan Menyuruh dan Mengajari
     Tahap Menyuruh dan Memberi Sanksi

Tahapan Mengajak dan Melatih
      Tahap ini dimulai ketika anak bisa membedakan kanan dan kiri (kira-kira usia 3 tahun) sampai anak berusia 7 tahun. Abdullah bin Habib menuturkan, Nabi Saw. pernah bersabda : “Jika seorang anak telah mengetahui (membedakan) tangan kanannya dari tangan kirinya, maka latihlah ia menunaikan shalat” (H.R. Thabrani)

      Tahapan ini adalah untuk mengajak dan melatih anak melakukan shalat. Proses pembelajarannya bisa dimulai dengan memotivasi anak untuk senang melakukan shalat karena ingin dicintai Allah. Dalam hal ini, kita harus memberikan keteladanan yang baik, karena anak akan meniru apapun yang dilakukan ayah dan ibunya. Ajak anak untuk berwudhu dan shalat bersama kita. Biarkan ia melihat bagaimana kita mempersiapkan diri dan bagaimana kita shalat. Dengan begitu ia akan mengenal tata cara wudhu, persiapan shalat, dan gerakan-gerakan shalat. Ia, dengan keingintahuannya akan mulai meniru kita sekalipun belum sempurna. Dorong ia agar mau meniru gerakan shalat kita, misal dengan menjanjikan sesuatu jika ia bisa menirukannya.

      Dalam melakukan ini, kesabaran harus terus menyertai kita. Biarkan saja ia naik ke punggung kita ketika kita sujud, bergelayutan saat kita berdiri atau malah duduk di depan kita, sembari kita tetap pindahkan dia sesuai keperluan sholat kita. Sikapilah dengan sabar, dan jangan menghardiknya. Begitulah yang dilakukan Rasulullah Saw. terhadap cucunya Hasan. Setelah selesai shalat, kita jelaskan pada anak bahwa hal itu adalah tidak boleh. Jangan sampai kita tak mau shalat bersama anak dengan alasan mengganggu kekhusyukan shalat. Shalat bersama mereka tak akan mengurangi nilai kekhusyukan kita, bahkan akan sangat bermanfaat bagi anak yakni membiasakan dan melatihnya menunaikan shalat.

Tahapan Menyuruh dan Mengajari
• Tahapan ini dilakukan saat anak usia 7-10 tahun. Rasulullah Saw. bersabda “Ajarilah anak-anak shalat (sejak) usia 7 tahun dan pukullah ia (untuk mendidiknya bukan menyakiti) pada usia 10 tahun” (HR. Abu Dawud, at Tirmidzi, al Baihaqi dan al Hakim). Pada tahapan ini, selain terus diajak anak juga mulai disuruh/diperintah untuk menunaikan shalat. Anak sudah harus diajari hukum thaharah, baik wudhu, membersihkan najis, mandi, tayamum dll. Anak juga harus diajari tentang rukun shalat, syarat sah shalat, hal-hal yang membatalkan shalat, shalat fardhu dan sunah dll

• Untuk memudahkan anak memahami, kita bisa menyiapkan beberapa alat peraga untuk mempermudah mengajarkan shalat. Misalnya gambar tuntunan berwudhu dan shalat atau memutarkan VCD tuntunan berwudhu dan shalat. Kita bisa membantu dengan menjelaskannya sedikit demi sedikit.

• Kita juga bisa mendorong mereka untuk mempraktekkan semua yang dipelajari dan memberi penghargaan ketika mereka bisa melakukannya dengan benar. Kita juga bisa menunjukkan ketidakridhoan saat anak lalai shalat sekalipun tidak dengan celaan yang menyakitkan. Kita harus menjagi guru yang baik, menjelaskan dengan sejelas-jelasnya, mendengarkan semua pertanyaan dan menjawabnya dengan bahasa yang sederhana.

• Banyak momen kita bersama anak yang bisa menjadi peluang mengajarkan shalat kepada mereka. Misalnya ketika pergi ke rumah nenek yang memungkinkan shalat di perjalanan, maka anak akan belajar bagaimana shalat bagi orang yang shafar. Ketika pergi ke mal atau pasar, maka kita bisa ajak anak untuk menunaikan shalat ketika adzan tiba. Tunjukkan bahwa kita mengutamakan shalat dan menomorduakan yang lainnya. Ajak anak agar ketika bangun shubuh, langsung ke kamar mandi, membersihkan badan, berwudhu dan shalat. Ketika mau pergi ke suatu acara, kita ajak anak untuk shalat terlebih dahulu ketika sudah masuk waktu shalat baru kemudian berpakaian, dll. Ketika sedang sakit, kita juga bisa ajarkan anak untuk tidak melalaikan shalat. Berusaha tetap shalat sekalipun hanya bisa dengan duduk atau berbaring.

• Harus diingat bahwa mengajak, menyuruh dan mengajari anak untuk shalat pada tahap ini harus dilakukan secara persuasif, perlahan dan dengan pengulangan disertai kesabaran.

Tahap Menyuruh dan Memberi Sanksi
      Tahapan ini dimulai sejak anak berusia 10 tahun. Pada tahapan ini, upaya memahamkan anak secara persuasif harus dilakukan lebih intensif. Harus dijelaskan kepada anak konsep pahala-dosa dan Surga-Neraka, serta bagaimana cara mendapatkan pahala dan menghindari dosa tersebut. Perlu ditanamkan juga kepada anak bahwa kedua orangtuanya sangat mencintainya dan menginginkan anaknya selamat baik di dunia maupun Akhirat, dan itu hanya didapatkan dengan cara beribadah kepada Allah dan taat dengan seluruh syariahNya.

      Ketika seluruh tahapan sudah usai, dan segala upaya sudah dilakukan ternyata anak masih lalai atau meremehkan kewajiban shalat, maka orang tua bisa memberikan sanksi. Di antaranya dengan memukul, sesuai hadist Rasulullah Saw. di atas, yaitu dengan pukulan yang mendidik bukan pukulan menyakitkan. Pukulan ini sebaiknya disertai dengan memahamkan kepada anak sebab ia dipukul, juga disertai penjelasan bahwa orang tua melakukannya karena sayang kepadanya. Hanya saja perlu diingat bahwa pemberian sanksi haruslah disertai dengan penelaahan. Kita seharusnya memantau perkembangan psikologis anak dan melihat dengan dugaan kuat apakah sanksi ini berpengaruh positif terhadap perilaku anak ataukah justru membuat anak membenci orangtuanya yang akhirnya malah menjauh dan semakin lalai terhadap shalat. Sangat mungkin ancaman sanksi sesuai hadits tersebut sudah cukup membuat anak khawatir jika meninggalkan sholat jika telah diingatkan.

Menganalisis Penyebab Anak Tak Mau Shalat dan Mencari Solusinya
      Sebagai orang tua yang mendidik dengan cinta, seharusnya kita mengedepankan nasihat daripada teguran, omelan, teriakan ataupun sanksi. Oleh karena itu, kita harus senantiasa menganalisis penyebab anak tak mau shalat: Belum menjadi prioritas, belajar demi kejar nilai VS waktu shalat. Jelaskan: shalat adalah penolong bukan beban sebagaimana firman Allah SWT : “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (TQS Al baqarah [2] : 153 ). Ajak anak berpikir, bahwa Allah dengan kekuasaanNya justru akan mempermudah semua urusan (termasuk ujian, dll.) ketika kita mendekat kepadaNya, salah satunya dengan cara shalat. Allah akan mengabulkan do’a hamba-hambaNya jika mereka mau memenuhi seruanNya dan beriman padaNya (lihat QS Al Baqarah[2]: 186).

      Bisa jadi anak tak shalat karena sedang mengalami krisis identitas. Pergaulan yang liberal, rajin sholat malah dijauhi teman, dianggap sok alim, sok dewasa, sok tahu dan sok-sok yang lainnya. Tak mau shalat karena takut ditinggal teman2. Jangan menghakimi anak, tetapi mengajak anak berpikir seperti apa profil ideal seorang anak muslim. Kita bisa menjelaskan juga apa harapan kita terhadap mereka. Misalnya kita jelaskan, betapa banyak orangtua yang bingung ketika anak tak diterima di sekolah favorit, tetapi cuek saja melihat anaknya tak shalat, padahal jika meninggalkan shalat maka Tuhan Sang Pencipta akan memberi hukuman keras. Sedangkan kita justru memberi perhatian lebih. Kita bisa ungkapkan ke anak, bahwa kita sangat senang melihatnya menjaga shalat. Lebih, daripada melihatnya berprestasi akademik hingga diterima di sebuah sekolah favorit.

      Masih banyak masalah yang menyebabkan anak tak mau shalat. Kita harus senantiasa menganalisa penyebab anak tak mau shalat dan kemudian mencari solusinya. Kita harus senantiasa mencari uslub/ cara-cara baru untuk mengajak anak shalat. Misalnya kita mengungkapkan beberapa ayat al Qur’an atau hadist-hadist yang bisa memotivasinya. Kita juga bisa menceritakan bagaimana Rasulullah Saw. yang merupakan kekasih Allah dan sudah dijamin masuk Surga, rela menunaikan shalat hingga sampai bengkak-bengkak kakinya. Ajak anak berpikir, bagaimana para shahabat Rasulullah Saw. bisa melakukan shalat dengan khusyu dan bahkan ada seorang shahabat yang tetap tidak mau mengakhiri shalatnya padahal dalam keadaan tertusuk panah oleh musuh dan cerita-cerita keteladanan lainnya. Untuk itu kita alangkah baiknya membaca berbagai buku, membaca hadist, bertukar pikiran dengan para orang tua yang lain dalam rangka mencari cara-cara baru mengajak anak menjaga shalat. Untuk lebih memudahkan upaya ini, kita harus sering mendo’akan putra-putri kita supaya Allah melunakkan hati dan membukakan pintu hidayah pada mereka. Insya Allah, dengan bergantung hanya padaNya, Dia yang akan memudahkan semuanya.

Komunikasi yang santun, efektif dan tepat sasaran
      Komunikasi dengan anak pada dasarnya adalah upaya bagaimana kita bisa meraih perhatian, mendapatkan cinta kasih, minat, kepedulian, simpati, tanggapan juga respon positif dari anak. Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang dilandasi rasa cinta kasih dan merupakan wujud tanggung jawab orangtua terhadap amanah yang telah diberikan Allah. Bukan komunikasi yang didasari perasaan berat, kesal, apalagi dipenuhi kebencian. Komunikasi yang santun, efektif dan tepat sasaran akan menjadikan anak menerima semua proses pendidikan tadi dengan senang dan tanpa paksaan. Kata-kata yang kita ucapkan akan laksana pisau pahat, pelan tapi pasti mempengaruhi pembentukan karakter anak. Anak akan menjadikan semua nasihat, bimbingan dan rambu-rambu yang diberikan orang tua sebagai bekal dalam perjalanannya di masa yang akan datang. Anak akan senantiasa menjaga shalatnya di manapun, kapanpun dan dalam keadaan apapun.

Melakukan kerja sama dengan seluruh pihak yang memiliki kaitan dengan anak
      Keberhasilan mendidik anak agar konsisten menunaikan shalat, selain ditentukan oleh peran orang tua dalam membangun ketaqwaan anak, juga ditentukan oleh peran lingkungan masyarakat dan sekolah. Karena itu, kita harus mengajak orang-orang di lingkungan di sekitar kita dan juga pihak sekolah untuk bersama-sama menciptakan suasana yang mendukung ketaqwaan anak dan mengarahkan anak agar senantiasa menunaikan shalat. Upaya ini akan efektif ketika Negara Khilafah Islamiyah juga menjalankan perannya, dengan menerapkan sistem pendidikan berbasis akidah Islam dan menetapkan berbagai aturan yang akan menjaga ketaqwaan anak. Itu sebabnya mengapa kita harus berusaha mengubah sistem masyarakat yang ada saat ini sehingga terwujud sebuah masyarakat Islami, yang menerapkan aturan Islam secara keseluruhan. Sistem yang akan semakin mengokohkan keimanan semua anak Muslim dan mendorongnya untuk taat dengan seluruh aturan Islam/syariah, termasuk kewajiban shalat. Sistem yang akan melahirkan generasi bertaqwa yang taat kepada syariah dan unggul di berbagai bidang kehidupan. Itulah sistem Islam yaitu Daulah Khilafah Islamiyah yang mengikuti manhaj kenabian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam