Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Kamis, 21 November 2013

SUNNATULLAH KEJAYAAN UMAT ISLAM

SUNNATULLAH KEJAYAAN UMAT ISLAM




PASAL KETIGA: SUNNATULLAH MENUJU KEJAYAAN UMAT

Di dalamnya terdapat lima pembahasan:
Pembahasan pertama: Sunnatullah perubahan (Taghyir)
Pembahasan kedua: Sunnatullah saling menolak (tadafu’)
Pembahasan ketiga: Sunnatullah tidak menggunakan sistem dan hukum kufur sedikitpun
Pembahasan keempat: Sunnatullah cobaan (Ibtila’)
Pembahasan kelima: Sunnatullah berikhtiar (Al-Akhdz bil-asbab)

PENGANTAR

Sunan adalah bentuk jamak dari sunnah. Sunnah dapat diartikan dengan makna yang beragam, di antaranya: arah, bentuk, jalan dan kelakuan. [Ibnu Mandhur, Lisanul Arab jilid 13 hal.24, dan Ibnul Atsir, annihayah fii ghariib alhadiits wal-atsar jilid 2 hal.409]

Menurut istilah para ulama hadits, sunnah adalah sesuatu yang diambil dari Rasulullah Saw. baik perkataan, perbuatan, ketetapan atau sifat. [Manna’ul Qaththan, tarikh attaysri’ hal.87]

Sunnatullah adalah: Hukum-hukum ketentuan Allah, perintah dan larangan-Nya. Demikianlah, sebagaimana diceritakan Ibnu Mandhur dari Imam Lihyani. [Lisanul Arab, materi sanana jilid 13 hal.24]
”Sunnatullah adalah sesuatu yang menjadi tempat perjalanan sistem Allah terhadap makhluk-Nya.” [Alqaamus alqawiim, jilid 1 hal.331]

Rabbaniyyah, berasal dari kata mashdar yang dinasabkan kepada rabb, di dalamnya ditambahkan alif dan nun dengan tanpa aturan. Maknanya adalah: intisab (menggantungkan) kepada rabb(Tuhan), yaitu Allah Swt. [Arraghib al-ashfahani, mufradaat alqur’aan, hal.184]

Manusia di sebut dengan rabbani jika ia mempunyai hubungan kuat dengan Allah, mengetahui agama dan kitab-Nya dan mengajarkan Kitabullah itu.

Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang Rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.” (QS. Ali Imran:79)

Imam Thabari berkata: »Rabbaniyyun adalah jamak dari rabbani dan arrabbani yang dinasabkan kepada arrabban yang memelihara manusia. Allah-lah yang memperbaiki, memelihara, dan menanganinya urusan manusia.” [Tafsir aththabari jilid 3 hal.233]

”Allah, Tuhan semesta alam berkehendak menjalankan perkara agama ini-bahkan perkara alam ini -dengan sunnah atau ketentuan yang berlaku, dan bukan atas ketentuan aneh di luar kebiasaan. Hal itu agar para generasi umat Islam tidak berpangku tangan dengan berkata: ”Generasi Islam pertama telah ditolong dengan kejadian di luar kebiasaan, padahal kejadian yang di luar kebiasaan itu tidak akan terjadi lagi setelah risalah Islam selesai dan kenabian berakhir.” [Muhammad Quthb: waaqi’unaa almu’ashir hal.414]

“Mereka tidak hanya berpegangan kepada keberadaan mereka sebagai umat Islam untuk mencapai kemenangan dan kejayaan, namun mereka juga menjalankan ikhtiar yang mengantarkan kepada kejayaan tersebut.” [Muhammad Quthb, fii dhilalil qur’an jilid 1 hal.478]

Kejayaan tidak datang dengan sendirinya, tidak muncul secara kebetulan, dan tidak lepas kendali begitu saja. Namun kejayaan mempunyai aturan-aturan yang telah ditentukan Allah dalam kitab-Nya yang mulia agar para hamba-Nya yang beriman dapat mengetahui dan bertindak dengannya secara sadar.

PEMBAHASAN PERTAMA: SUNNATULLAH PERUBAHAN

Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d:11)

Kejayaan tidak akan terwujud bagi umat yang merelakan diri mereka berada dalam kehidupan hina dan kejahiliyahan pemikiran tanpa berupaya merubah realita kehidupan dan terlepas dari belenggu sistem kufur.

Umat Islam telah dilanda realitas pahit yang masih terus menimpa sejak khilafah Islam diruntuhkan sampai sekarang ini. Umat Islam harus yakin bahwa mereka mampu melakukan perubahan itu –dengan izin Allah– dengan melakukan tindakan.

Termasuk karakteristik sistem Islam yang paling penting adalah bahwa ia tidak dapat menerima untuk hidup dengan realitas yang buruk, dan tidak rela dengan hanya menambal, mereparasi dan memberikan solusi separuh saja. [Fathi yakan, asysyabab wattaghyir hal.17]

”Pada awal pertama kali Islam datang, ia berhadapan dengan realita yang besar, yaitu realita semenanjung Arab, dan realita dunia secara keseluruhan. Di hadapan wajah Islam terdapat berbagai keyakinan dan aliran kepercayaan yang menghadang. Di depan Islam terdapat nilai-nilai dan prinsip (lain) yang menjadi anutan. Islam berhadapan dengan sistem kehidupan lainnya yang beragam dan kondisi beragam. Di muka Islam juga terdapat berbagai kepentingan dan fanatisme yang menghadang…
     Semuanya berdiri menghadang perjalanan agama Islam yang baru tersebut. Ketika itu Islam bukan saja ingin merubah keyakinan, kepercayaan, nilai, prinsip kehidupan, tradisi, taklid, moral dan syiar saja, namun Islam juga bermaksud merubah berbagai sistem, realitas, perundangan, dan aturan hidup manusia yang ada saat itu.
Islam juga ingin melepaskan kendali manusia dari tangan syetan dan kaum jahiliah untuk mengembalikannya kepada Allah dan Islam.” [Sayyid Quthub, Hadzaddin, hal.51-52]

”Islam menghadapi realita seperti itu. Namun ia tidak bersikap menyerah, lemah dan berpangku tangan saja. Akan tetapi berusaha merubah realitas itu, dan mengalihkannya ke dalam posisi Islam yang mulia dan tinggi berdasarkan prinsipnya yang kuat, ketakwaan dan kerelaan kepada Allah.
Tidak ragu bahwa apa yang terjadi sekali, maka akan terjadi sekali lagi. Kejadian telah berlangsung sesuai sunnatullah atau ketentuan Allah yang berlaku dan bukan sesuai mukjizat di luar kebiasaan manusia. Bangunan Islam berdiri di atas fitrah yang tersimpan dalam diri setiap orang yang mengumpulkan, mengoleksi, dan menjalankan kandungan Islam yang benar.” [Sayyid Quthb, hadzaddin hal.65]

SUNNATULLAH KEJAYAAN UMAT ISLAM

DOWNLOAD BUKU: MEMENUHI KEWAJIBAN UMAT MERAIH KEJAYAAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam